By 
STARJOGJA.COM, JOGJA – Sebagai salah satu rangkaian agenda Festival Sastra Yogyakarta, Pasar Buku Sastra resmi dibuka pada Rabu (30/07) dan akan berlangsung hingga 4 Agustus 2025 di Taman Budaya Embung Giwangan. Dengan mengusung tema “Rampak”, FSY tahun ini bermakna serempak, setara, dan harmonis.
Acara ini resmi dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti. Dalam sambutannya, ia mengajak seluruh komunitas, mitra, dan pengunjung untuk menjadikan ruang ini sebagai tempat bertukar gagasan, berbagi perspektif, dan menyalakan kembali semangat literasi.
“Semoga pasar buku sastra ini bisa menjadi denyut hidup bagi sastra Yogyakarta dan memberi makna yang lebih luas bagi dunia kebudayaan,” pungkas Yetti dalam sambutannya.
Tahun ini, Pasar Buku Sastra menghadirkan 110.000 judul buku, dengan 80% di antaranya merupakan karya sastra. Sisanya terdiri dari berbagai buku humaniora.
Pembukaan acara ini juga menghadirkan gunungan buku yang menjadi momen paling ditunggu. Berbagai buku dibagikan gratis, sehingga pengunjung sangat antusias untuk berebut buku.
Para pengunjung terlihat antusias dalam menghadiri acara ini, salah satunya Yudi yang memberikan kesan positif tentang Pasar Buku Sastra ini.
“Acara ini bagus, karena di sambutan tadi sempat dengar bahwa ini menjadi tempat pertemuan pemikiran sastra yang harus dijaga. Jadi ini langkah awal kita untuk membangun kesadaran membaca. Semoga ke depannya acara ini semakin sukses,” ujar Yudi
Penyelenggara merasa senang dan sangat mengapresiasi antusiasme tinggi yang ditunjukkan masyarakat pada hari pembukaan pasar buku sastra.
“Kami bersyukur misi membangun budaya literasi yang lebih baik di masyarakat bisa terwujud melalui rangkaian agenda Festival Sastra Yogyakarta ini,” ujar Yetti saat ditemui setelah acara pembukaan pasar buku.
Selain pasar buku sastra, FSY 2025 juga menghadirkan berbagai agenda yaitu panggung diskusi yang berlangsung setiap hari serta pameran komunitas yang menampilkan potensi, kreativitas, dan kekayaan jaringan ekosistem sastra di Yogyakarta.
Penulis: Avivah Nur’aini
Comments