STARJOGJA.COM, Info – Perfilman Indonesia berkembang dengan mengirimkan banyak film ke berbagai festival. Seperti Film Indonesia berjudul “Air Mata Buaya” (Crocodile Tears) yang lolos di Shanghai International Film Festival (SIFF) ke-27 pada 13-33 Juni 2025.
“Kami bangga ikut dalam momen istimewa yaitu terpilihnya film Indonesia yang dapat diputar untuk umum dalam rangkaian Festival Film Internasional Shanghai 2025,” kata Konsul Jenderal RI Shanghai Berlianto Situngkir, di Shanghai, Selasa malam (17/6).
Berlianto menyampaikan hal tersebut dalam sambutan pada acara “Indonesian Movie Cocktail Reception” di Shanghai yang juga dihadiri oleh Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia (BPI) Gunawan Paggaru, Sekretaris Umum BPI Judith Dipodiputro, pelaku industri film Tiongkok, akademisi, sineas muda, mahasiswa hingga masyarakat Indonesia di Shanghai.
Film “Air Mata Buaya” garapan sutradara Tumpal Tampubolon dan produser Mandy Marahimin itu menceritakan tentang seorang remaja laki-laki yang tinggal bersama ibunya yang “overprotektif” di peternakan buaya. Sang ibu resah ketika sang anak mulai mengeksplorasi dunia luar, terlebih ketika si anak mulai jatuh cinta dan mendapati bahwa dunia luar tak seperti yang ia kira.
“Kehadiran film Indonesia di festival internasional bukan hanya menjadi kebanggaan tapi juga dapat menjadi dorongan kolaborasi antara Indonesia dan China untuk menciptakan karya-karya sinema yang dinamis dan menarik, yang mampu menjangkau lintas budaya,” ungkap Berlianto.
Gunawan Paggaru dalam acara tersebut mengungkapkan film “Air Mata Buaya” bukan sekadar kisah tentang kunjungan atau bertahan hidup, melainkan tentang tradisi yang lebih dalam mengenai kekuasaan, warisan budaya, dan kapasitas manusia untuk percaya sekaligus memanipulasi.
“Sinema Indonesia saat ini sama beragamnya dengan kepulauan kita, penuh ketegangan, kelembutan, dan suara-suara baru yang menantang norma-norma. Kami bangga dapat membawa salah satu suara itu ke Shanghai dan berterima kasih atas perhatian mata, hati, dan imajinasi yang diberikan untuk film Indonesia,” tambah Gunawan.
Dalam beberapa tahun terakhir, ungkap Gunawan, Indonesia juga telah menjadi mitra produksi regional dan multinasional yang lebih terbuka dan berdaya saing tinggi.
“Dengan biaya produksi yang kompetitif, lokasi yang sangat beragam, mulai dari gunung berapi dan pantai hingga kota besar dan desa terpencil, serta meningkatnya jumlah perusahaan layanan produksi lokal, kami siap mendukung cerita-cerita dari luar negeri,” ungkap Gunawan.
Gunawan menyebut pemerintah dan lembaga perfilman secara aktif mengeksplorasi insentif dan bentuk kemitraan bilateral yang sejalan dengan momentum ini.
“Kami juga menyadari pentingnya memperluas akses pasar karena itu kami mengundang para mitra dari Tiongkok untuk berkolaborasi dengan sineas kami, menjelajahi lanskap kami, terlibat dengan penonton kami, dan menjadi bagian dari masa depan bersama yang kita bangun melalui sinema, untuk masa depan budaya dan industri yang hebat,” tambah Gunawan.
Sedangkan Judith Dipodiputro mengungkapkan pemerintah Indonesia meyakini industri film Tanah Air bisa menjadi “ladang minyak” berikutnya.
“Kami adalah bangsa yang sangat aktif, dengan pilihan-pilihan yang sangat beragam namun unik karena itu sangat menarik untuk dijelajahi, jadi, silakan datang ke Indonesia dan berkolaborasilah bersama kami,” kata Judith.
Film “Air Mata Buaya” berhasil melalui serangkaian seleksi SIFF, dan sejajar dengan lebih dari 360 film dari seluruh dunia untuk ditayangkan secara komersial di bioskop-bioskop Shanghai pada 17-21 Juni 2025.
Festival Film Internasional Shanghai (SIFF) adalah salah satu festival film paling bergengsi di Asia dan satu-satunya festival Kategori A (kompetitif non-spesialis) di China yang diakui oleh Federasi Internasional Asosiasi Produser Film (FIAPF).
SIFF telah diselenggarakan sebanyak 27 kali sejak tahun 1993 oleh China Film Administration, China Media Group dan pemerintah kota Shanghai. Pada SIFF 2025, ada lebih dari 3.900 film dari 119 negara yang mendaftar untuk ikut dalam festival tersebut.
Dewan juri SIFF tahun ini dipimpin oleh Giuseppe Tornatore (Cinema Paradiso), dengan anggota antara lain Huang Bo (China) dan Kiran Rao (India). Lebih dari 400 film akan diputar di 48 lokasi dalam ajang tersebut.
Sumber : Antara
Comments