News

Pemda DIY Akan Rekayasa Lalu Lintas Plengkung Gading

0
penutupan Plengkung Gading
Kawasan sisi dalam Plengkung Gading yang berada di beteng Kraton Jogja. Foto diambil Kamis (17/6/2022). - Harian Jogja/Sunartono.

STARJOGJA.COM, Info – Pemda DIY melalui Dinas Perhubungan DIY akan segera menerapkan Uji Coba Sistem Satu Arah (SSA) di Plengkung Nirbaya atau Gading pada minggu kedua bulan Maret 2025. Rekayasa lalu lintas ini untuk mengurangi dampak negatif arus lalu lintas terhadap struktur bangunan bersejarah yang telah mengalami deformasi akibat pelapukan biologis dan aktivitas manusia.

Kebijakan tersebut diputuskan setelah melalui FGD Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Kawasan Alun-alun Kidul Yogyakarta bersama dengan stakeholder terkait, termasuk juga dari BPBD DIY dan BASARNAS Yogyakarta, Senin (24/02) di Kantor Dinas Perhubungan DIY, Babarsari, Yogyakarta. Nantinya, arus lalu lintas dikawasan ini hanya diperbolehkan dari utara (dalam beteng) menuju selatan (luar beteng).

Rizki Budi Utomo, Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan DIY mengatakan, aturan ini akan diberlakukan selama satu bulan. Selama periode ini, pengawasan ketat akan diterapkan, termasuk larangan bagi kendaraan besar seperti bus pariwisata untuk memasuki area Plengkung Nirbaya.

“Beberapa kejadian sebelumnya, ada kendaraan berdimensi cukup besar masuk di Plengkung Nirbaya, meskipun sudah dipasang rambu-rambu larangan. Sering pula terjadi kendaraan roda 4 terjebak karena berpapasan dengan kendaraan roda 2 yang menunggu antrean lampu lalu lintas di dalam bangunan. Ini berpotensi menyerempet dinding plengkung secara langsung,” ungkap Rizki.

Hasil kajian Dinas Kebudayaan DIY pada tahun 2018 menunjukkan bahwa Plengkung Nirbaya mengalami kerusakan serius, termasuk retakan yang dapat mengancam keselamatan bangunan. Kerusakan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk getaran dari kendaraan yang melintas. Untuk mencegah perluasan deformasi, langkah-langkah pencegahan telah dilakukan sejak 2019, termasuk perbaikan fisik dan biologis pada struktur bangunan.

“Penanganan karena faktor manusia secara langsung juga telah dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan memasang pagar pembatas meskipun belum efektif. Bahkan, sering terjadi pembobolan gembok pagar pembatas oleh oknum yang tidak bertanggungjawab,” jelas Rizki.

Namun, untuk upaya penanganan penyebab karena aktivitas manusia dan kendaraan yang bersifat langsung dan repetitif belum dilakukan. Hal ini karena berhubungan dengan mobilitas masyarakat di jalan raya. Untuk itu, setelah melalui berbagai kajian, Rizki menyebut, harus segera dilakukan rekayasa lalu lintas untuk mencegah deformasi semakin meluas.

“Beberapa kejadian sebelumnya menunjukkan bahwa kendaraan berdimensi besar sering kali melanggar rambu-rambu larangan, berpotensi merusak dinding plengkung. Dengan adanya rekayasa ini, beban lalu lintas di sekitar Plengkung Nirbaya dapat diminimalisasi, sehingga struktur bangunan dapat terjaga dengan baik,” kata Rizki.

Kajian tersebut mendapat perhatian juga dari Akademisi UGM, Prof. Ir. Bakti Setiawan, M.A., Ph.D., dan Ir. Ikaputra, M.Eng.,Ph.D yang mengindikasikan adanya peningkatan beban kegiatan dalam bentuk jumlah kunjungan dan perubahan fungsi ruang pada Kawasan Keraton sedangkan kapasitas daya tampung ruang pada ini sangat terbatas. Hal ini penting diperhatikan untuk menjamin keberlanjutan pelestarian cagar budaya di kawasaan Keraton dalam menghadapidampak tekanan perkembangan kota.

Diperlukan kajian lebih rinci sekaligus tindakan tindakan preventif segera agar peningkatan beban ini tidak semakin menekan nilai nilai pelestarian kawasan. Diperlukan pula satu masterplan untuk secara komprehensif menata dan mengembangkan kawasan Keraton dengan lebih sistematis ke depan, khususnya mengacu pada nilai nilai pelestarian kawasan.

Ikaputra mengatakan, Plengkung Nirbaya menghadapi tantangan serius terkait kondisi fisiknya. Terdapat potensi kerusakan struktur bangunan dinding Baluwarti di sisi selatan yang berupa retakan, hingga pada area Plengkung Nirbaya. Kerusakan ini tidak hanya mengancam keindahan arsitektur, tetapi juga keselamatan pengunjung.

Identifikasi telah dilakukan Dinas Kebudayaan DIY bahwa ada retakan pada lantai yang menyebabkan amblas hingga sekitar 10 cm. Selain itu, bagian tepi lantai Plengkung Nirboyo juga mengalami kerusakan, dengan pecahan dan kelupasan di beberapa sudut.

Peningkatan kegiatan pemanfataan ruang, termasuk untuk kegiatan pariwisata, meningkatkan kegiatan lalu lintas di seluruh kawasan. Ini berlawanan dengan upaya untuk menurunkan emisi karbon dan iklim mikro kawasan. Konsep ‘traffic calming’ yakni pengurangan intensitas lalu lintas, yang juga termasuk mendukung digunakan moda transportasi bukan motor serta pedestrian, harus diprioritaskan di kawasan ini.

“Konteks penanganan Plengkung Nirbaya tidak saja sebagai solusi struktur plengkung terhadap faktor-faktor tersebut. Namun, juga mempertimbangkan atribut-atribut pusaka budaya di dalam njeron benteng yang juga perlu dilindungi, dari ancaman-ancaman kerusakan tanpa mengurangi kemanfaatan atribut bagi masyarakat,” jelas Ikaputra.

Menata peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang atau obyek cagar budaya pada Kawasan keraton. Penataan dan pengaturan peran masyarakat, akan menjamin keberlanjutan dan kemanfaatannya untuk kesejahteraan masyarakat yang lebih luas. Hal ini juga menghindari kehilangan nilai budaya dan Sejarah.

“Strategi pertama yang harus dilakukan adalah pengaturan jumlah kunjungan untuk menghindari kepadatan yang dapat merusak objek cagar budaya. Salah satu langkah konkret adalah membatasi kendaraan yang masuk ke kawasan Keraton, terutama di akses Plengkung Nirbaya,” ujarnya.

Getaran yang dihasilkan oleh kendaraan berdampak negatif pada struktur bangunan yang telah berusia ratusan tahun ini. Langkah mengurangi arus lalu lintas di wilayah ini menjadi upaya preventif awal yang perlu dilakukan, sambil menyiapkan masterplan penataan dan pengembangan kawasan tersebut.

Sumber : Humas DIY

Baca juga : Lima Plengkung Bagian Panjang Sejarah Keraton Jogja

Bayu

Kemenag DIY Sebut Umat Islam Berpeluang Puasa Ramadhan Bersamaan

Previous article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News