Kab SlemanNews

Jogja Mendongeng 2025 Hadirkan Keintiman Bersama Para Penonton

0
jogja mendongeng 2025

STARJOGJA.COM, SLEMAN – Jogja Mendongeng 2025 Hadirkan Keintiman Bersama Para Penonton.Berkolaborasi dengan Sanggar Kinanti Minggir, Jogja Mendongeng 2025 kembali digelar.

Dalam kegiatan yang digelar dengan durasi 3 jam tersebut, para penonton sangat antusias sekali. Tidak sedikit pun, mereka beranjak dari tempat duduknya. Hal ini juga nampak dari para penonton yang sudah mengalir sejak pagi hari.

Tahun ini, Jogja Mendongeng sudah menapaki tahun ketiganya. Pada dua tahun sebelumnya, gelaran Jogja Mendongeng dilaksanakan di auditorium IFI LIP Yogyakarta. Namun, tahun ini, Jogja Mendongeng justru digelar di area pedesaan. Jogja Mendongeng menawarkan kesederhanaan namun tetap memberikan makna yang mendalam bagi para penontonnya.

Kearifan lokal

Tema tahun ini yang diangkat dari Jogja Mendongeng adalah Gugur Gunung.

“Tema Gugur Gunung dipilih sebagai bentuk respon terhadap bangsa ini. Sekaligus sebagai upaya mengenalkan kearifan lokal yang dipunyai oleh masyarakat,” jelas Kak Diaz selaku penggagas acara tersebut.

Lebih lanjut, tema tersebut juga menjadi semangat yang mendasari pelakasanaan even tahunan tersebut. Jogja Mendongeng tak sekadar berkolaborasi dengan komunitas namun juga dengan warga sekitar.

Hal ini sebagai wujud nyata pemberdayaan masyarakat. Harapannya, anak-anak dan orang tua diajak kembali untuk berfleksi tentang semangat untuk berbagi dan juga saling menjaga atau membantu dengan sesama manusia.

“Ya, pada intinya, kami ingin mengobrol para penonton, khususnya anak-anak dengan sudut pandang mereka,”tambahnya.

Tahun ini, kami mencoba melibatkan lebih banyak pihak sekaligus memberikan nuansa yang beebeda dengan membebaskan para penonton untuk menikmati suasana pertunjukkan di tempat terbuka.

Tak Sekadar Mendongeng

Seperti pada penyelenggaraan sebelumnya, Jogja Mendongeng selalu menghadirkan sesuatu yang baru.

“Tahun ini, kami mencoba menantang atau bereksperimen, menarik dongeng dekat kembali kepada alam. Serta berusaha membuka akses dongeng seluas-luasnya bagi masyarakat,” jelas Rangga Dwi Appriadinnur selaku direktur artistik dan manajemen pertunjukkan Jogja Mendongeng.

Ia juga menambahkan bahwa eksperimen lainnya adalah para pendongeng diajak untuk mampu memaksimalkan media yang ada di tempat tersebut. Tantangan lainnya adalah bagaimana para pendongeng bisa mengajak penonton berinteraksi dengan dongeng yang dibawakan.

“Kami juga berupaya untuk mengajak penonton menikmati pertunjukkan. Menghentikan waktu sejenak di zaman yang serba cepat ini,” ujar Rangga Dwi Appriadinnur.

Gelaran Jogja Mendongeng pada hari Sabtu (20/12), menghadirkan beberapa pendongeng dengan berbagai genre. Ada Sanggar Wiwitan yang menampilkan para anak muda dengan dongeng berbahasa Jawa. Jieun Lab dengan dongeng sainsnya. Lantas, ada pula Kak Lita yang mendongeng dengan memadukan lagu-lagu anak dalam Bahasa Jawa.

Wayang kebon juga mengahadirkan suasan berbeda dengan wayang yang terbuat dari rumput. Tampil pula pendongeng cilik, Zahra, yang telah menyabet berbagai prestasi di tingkat lokal dan nasional. Acara pun ditutup dengan penampilan kolaborasi Kak Diaz dan Kak Rangga.

Jogja Mendongeng ke Depan

Respon positif juga diberikan oleh para penonton. Salah seorang penonton, Natalia, mengungkapkan bahwa acara seperti Jogja Mendongeng memang sudah seharusnya diperbanyak lagi. Menyentuh ke pelosok-pelosok sehingga anak-anak tidak hanya mendapat tontonan namun juga tuntunan.

Lain halnya dengan Ayik dalam menanggapi acara Jogja Mendongeng 2025.

“Acara bagus seperti ini, kalau bisa diadakan minimal dua kali dan bertepatan dengan musim liburan anak-anak sekolah. Keren sekali sih kalau bisa rutun diadakan,” ujar Ayik.

Antusiasme masyarakat yang besar terkait dengan kegiatan literasi khususnya dongeng di Yogyakarta hendaknya mendapatkan perhatian berbagai pihak yang terkait.

“Ke depan, saya mempunyai harapan agar acara seperti ini lebih banyak mendapat dukungan. Walaupun terlihat acara sederhana namun memiliki dampak luar biasa. Sudah saatnya, Yogyakarta juga menjadi daerah yang “Istimewa” juga untuk dongeng, “ jelas Kak Diaz.

Polda DIY Siagakan 20 Pos Operasi Lilin Progo 2025

Previous article

Perlu Rasionalisasi Program MBG Untuk Pemulihan Pascabencana

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Kab Sleman