Lifestyle

Perjuangan Ibu Beda Agama di Film Jangan Panggil Mama Kafir

0
film Jangan Panggil Mama Kafir
film Jangan Panggil Mama Kafir (antara)

STARJOGJA.COM, Info – Menjadi seorang ibu tunggal yang membesarkan anak dengan keyakinan yang berbeda dapat dilihat di film Jangan Panggil Mama Kafir. Aktris Michelle Ziudith menilai sosok Maria di film ini menjadi gambaran yang ada di masyarakat.

“Ternyata setelah riset, kami menemukan cukup banyak kasus di masyarakat di mana ibu dan anak berbeda keyakinan. Itu yang membuat aku semakin tertarik, karena temanya dekat dengan realita dan juga cukup berani,” kata Michelle saat ditemui wartawan di Surabaya, Kamis (17/10/2025).

Ia menuturkan bahwa proses pendalaman karakter berlangsung intensif selama sebulan sebelum syuting dimulai, karena seluruh tim berupaya menampilkan dinamika keluarga beda agama dengan penuh empati, bukan sensasi.

Michelle berharap penonton dapat menangkap pesan kemanusiaan dari film yang disutradarai oleh Dyan Sunu Prastowo itu.

“Cinta tetap cinta, kasih sayang tetap kasih sayang. Tidak ada yang bisa memisahkan itu. Film ini ingin menunjukkan bahwa perbedaan tidak harus menjadi alasan untuk berjarak, tapi justru untuk saling memahami,” tuturnya.

Sementara itu, Pemeran Fafat, Giorgino Abraham, menuturkan film ini juga mengajak penonton untuk memahami bahwa cinta dan kasih sayang tak seharusnya dibatasi oleh perbedaan agama.

“Lewat tokoh Maria, kita bisa melihat bahwa kasih seorang ibu itu universal. Perbedaan keyakinan bukan penghalang untuk mencintai dengan tulus,” katanya.

Ia menambahkan, kisah Maria dan anaknya juga menggambarkan bentuk toleransi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, kata aktor yang besar di Surabaya itu, film tersebut menunjukkan bagaimana perbedaan dapat menjadi sumber kekuatan, bukan konflik, serta menegaskan bahwa toleransi lahir dari rasa cinta dan tanggung jawab seorang ibu terhadap anaknya.

Ia juga beranggapan jika film yang diproduksi oleh Maxima Picturea memberikan ruang bagi diskusi yang sehat tentang toleransi di Indonesia.

“Menurut saya, film seperti ini penting karena membuka ruang dialog. Kita bisa belajar melihat perbedaan sebagai hal yang indah, bukan ancaman,” tuturnya.

Ia juga mendorong sineas Tanah Air untuk terus menghadirkan karya yang berani dan relevan.

“Filmmaker harus berani keluar dari zona aman. Justru lewat tema yang sensitif tapi jujur seperti ini, film bisa memberi dampak sosial yang besar,” ujarnya.

 

Sumber : Antara

Baca juga : PFN Luncurkan Film Terbaru Menuju Pelaminan

Bayu

Film Samsara Karya Garin Nugroho Mendapat Tiga Nominasi

Previous article

FK-KMK UGM Buka Pekan Raya Medika 2025

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Lifestyle