News

Watinem Kader JKN, Menjaga Pelita Sehat dari Sudut Sleman

0
kader JKN BPJS Kesehatan Sleman
Watinem kader JKN BPJS Kesehatan Sleman (starfm)
STARJOGJA.COM, Info – Jari-jemarinya membuka aplikasi pesan dan memperlihatkan nomor baru yang masuk dalam ponselnya. Hari itu setidaknya puluhan nomor baru terus masuk mulai dari dini hari hingga siang meminta bantuan masalah BPJS Kesehatan.
Watinem, Kader JKN BPJS Kesehatan Sleman yang memulai mengedukasi masyarakat tentang BPJS Kesehatan ini mengaku senang dapat membantu orang lain. Baginya, menjadi kader JKN harus memiliki satu syarat yang tidak boleh hilang yaitu, ikhlas.
 “Yang penting niat kita ikhlas, jadi kader itu. Karena memang kader kan nggak digaji itu tadi, jadi penting ikhlas nanti tetap ada imbal jasa tersendiri dari Allah. Udah, alhamdulillah, gitu tadi 24 jam,” katanya kepada Starjogja.com.
Watinem teringat ketika awal mula menjadi kader JKN di tahun 2017, saat itu ia tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah padahal ia termasuk dari kategori kurang mampu. Namun saat ia mengantarkan dan membantu tetangga mengurus BPJS Kesehatan timbul tekadnya untuk membantu warga yang lain.
“Saat itu saya ngojek bu dokter, sama bu dokter ditawari untuk menjadi kader JKN.  Ya karena itu menolong orang, nah saya semangat sekali,” katanya.
Watinem sampai sekarang masih membantu ribuan warga terutama warga Sleman. Akhirnya semangat ini mendapat apresiasi dari BPJS Kesehatan Sleman menjadi Kader JKN Teladan pada tahun 2019.
“Seperti tadi. Ini tadi kebetulan warga condong captur. Bukan wilayah saya. Karena kan saya wilayah turi, tapi memang mungkin nomor saya disebar sama warga, jadi satu kabupaten bisa saya bantu,” katanya.
Niat membantu ini tidaklah tanpa tantangan. Sebab, ia sering mendapat cacian berulangkali dari warga yang ingin dibantunya.
“Tapi kalau untuk yang warga, itu mureng-mureng. Urusanmu apa? Iki lah urusanku. Itu sering,” kata warga Lunguhrejo, Turi, Sleman ini.
Awalnya ia sempat terbawa emosi juga dalam menghadapi warga atau peserta BPJS Kesehatan sampai ia pun mengalami darah tinggi. Namun, ia akhirnya mampu mengendalikan amarahnya karena tekad membantunya.
“Dua minggu kemudian adiknya datang ke rumah, mau membayar BPJS karena kakaknya masuk rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping. Nah, karena saya dimarah-marahi sampai seperti itu, saya kan biasa saja. Begitu masuk rumah sakit, beliau membayar, saya datang ke rumah sakit, saya tanya, gimana pelayanan BPJS? Dia nangis-nangis minta maaf. Nah, itu sesuatu banget,” katanya.
Watinem selain kader JKN juga kader PSM yang membantu dinas sosial dan juga perisai BPJS Kenagakerjaan. Sehingga ia memiliki banyak alat dalam membantu warga yang membutuhkan.
Sebagai kader ia bertugas untuk mengedukasi warga tentang pentingnya BPJS Kesehatan yang tidak hanya untuk kesehatan, tapi ternyata untuk mengurus SKCK, mengurus sertifikat tanah, naik haji juga.
“Jadi kalau mau naik haji BPJS Kesehatan juga harus aktif. Itu tidak banyak orang tahu,” katanya.
Walaupun tidak banyak yang didapat secara materi menjadi kader JKN, namun tekad kuatnya mengalahkan semuanya. Menurutnya membantu dengan ikhlas tidak dapat diukur dengan materi.
“Rejeki itu tidak hanya materi ya mas. Banyak kenal orang maka kita juga sering dibantu juga. Itu tidak bisa diukur pakai materi,” katanya.
Sehingga syarat mutlak menjadi kader JKN adalah ikhlas membantu orang. Jika memiliki niat tersebut maka akan dibantu juga oleh tuhan.
“Syarat menjadi kader JKN dari saya adalah ikhlas. Karena kalau mengharapkan materi banyak yang tidak lama menjadi kader,” katanya.
Laily Niken Lestari Kadilobo Pakem Sleman menceritakan pengalaman Watinem membantu setahun lalu dalam mengurus kartu BPJS Kesehatan. Ia mengaku terbantu dengan adanya peran Kader JKN Watinem  padahal ia belum pernah bertemu dan tidak kenal.
“Berkat beliau dimudahkan ibu saya, jarang seperti beliau tidak kenal dan tanpa minta komisi bisa membantu gitu, kalau tidak kenal beliau saya ga tahu sama siapa,” katanya.
Ika Supiati Pakisaji Candibinangun Pakem Sleman juga merasakan hal yang sama. Anaknya yang sering sakit dan keluar masuk Rumah sakit sampai memiliki tanggungan 14 juta. Setelah berhubungan dengan Watinem maka dibantu ke dinas sosial dan hanya membayar separuh denda.
“Dia bener benar hidupnya kayak membantu orang lain tanpa pamrih dia lebih seneng orang lain dibantu,” katanya.
Imroatul Hidayati, Staff Penagihan BPJS Kesehatan Sleman menyebut jika kehadiran kader JKN seperti Watinem telah membantu kinerja BPJS Kesehatan Sleman yang turun langsung ke masyarakat. Watinem termasuk kader jkn yang proaktif dengan program BPJS Kesehatan sehingga termasuk kader teladan BPJS Kesehatan Sleman.
“Beliau termasuk kader yang proaktif soal BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan Sleman sangat terbantu dengan kader JKN seperti Bu Watinem,” katanya.
Dari sudut Sleman, Watinem menyalakan pelita yang Mengajarkan bahwa kesehatan adalah hak, dan gotong royong adalah cara menjaganya. Di balik langkah kakinya yang pelan, ada semangat luar biasa: setia melayani tanpa pamrih.
Sumber : Antara
Bayu

Cherrypop “Gelanggang Musik” Siap Manjakan Pecinta Musik Jogja

Previous article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News