STARJOGJA.COM, Info – Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) menilai kesadaran masyarakat Indonesia dalam memahami dan mengantisipasi risiko perlu diperkuat.
Ketua Masindo Dimas Syailendra Ranadireksa menekankan pentingnya perubahan pola pikir masyarakat dari sikap “bagaimana nanti” menjadi “nanti bagaimana,” yakni dari pasif menuju antisipatif terhadap risiko.
Menurut Dimas, pendekatan pengurangan risiko kini menjadi elemen penting di berbagai sektor. Meliputi keselamatan transportasi, keamanan digital, mitigasi dampak perubahan iklim, hingga pengelolaan pangan dan penyakit tidak menular.
“Kalau di transportasi kita pakai helm dan sabuk pengaman, di kesehatan kita punya makanan rendah gula untuk mencegah diabetes, dan di ruang digital kita semakin sadar soal proteksi data. Semua itu contoh sederhana pendekatan pengurangan risiko dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Dimas
Dimas menjelaskan, strategi serupa diterapkan pada isu kesehatan publik seperti penggunaan produk tembakau. Untuk perokok dewasa yang belum bisa berhenti sepenuhnya, pendekatan pengurangan bahaya dilakukan dengan beralih ke produk tembakau alternatif yang tidak melalui proses pembakaran seperti rokok elektronik dan produk tembakau dipanaskan.
“Ini bukan menggantikan upaya berhenti merokok, tapi bagian dari strategi bertahap agar risiko kesehatan dapat ditekan secara lebih realistis,” jelasnya.
Dimas menambahkan, diskursus tentang harm reduction perlu terus dibingkai dalam konteks kesehatan publik dan tata kelola berbasis data, supaya kebijakan tetap melindungi masyarakat juga memberi ruang bagi pendekatan ilmiah.
Kegiatan tersebut menghadirkan panelis dari berbagai lembaga, di antaranya Direktur Sistem dan Manajemen Risiko Bappenas Prakosa Grahayudiandono serta Direktur Statistik Ketahanan Sosial BPS Nurma Midayanti. Prakosa menegaskan pentingnya penerapan Manajemen Risiko Pembangunan Nasional (MRPN) sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2023 agar kebijakan pembangunan lebih adaptif terhadap ketidakpastian global dan tantangan lintas sektor.
“Bisa jadi dengan kondisi keuangan, kompleksitas masyarakat, dan kemajemukan yang ada, penerapannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing,” kata Prakosa.
Sementara itu, Nurma menyoroti pentingnya pemetaan risiko sosial-ekonomi berbasis data yang akurat untuk mendukung kebijakan publik yang responsif terhadap dinamika di lapangan.
“Tanpa data yang kredibel, sulit bagi masyarakat memahami arah pembangunan, dan sulit juga bagi pemerintah melegitimasi kebijakannya. Jadi untuk itulah, ayo kita bersama-sama membangun literasi data sendiri,” ujar Nurma.
Melalui kegiatan ini, Masindo berharap masyarakat semakin memahami bahwa kesadaran risiko tidak hanya tentang mitigasi bencana, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan seperti ekonomi, kesehatan, sosial, dan gaya hidup.
sumber: bisnis.com
baca juga: Pemerintah Indonesia Mengajukan ke WIPO Soal Royalti Musik
penulis: Syiam Safira







Comments