STARJOGJA.COM, Info – Film “Believe – Takdir, Mimpi, Keberanian” yang akan tayang di bioskop Indonesia mulai 24 Juli 2025 adalah film dramatisasi kisah hidup seseorang yang nyata, atau bisa juga sekelompok orang yang nyata. Hal ini patut digarisbawahi karena memang genre film ini belum begitu banyak diproduksi oleh sineas Indonesia.
Film “Believe – Takdir, Mimpi, Keberanian” ini menghantam penonton dengan adegan peperangan yang begitu kejam dan tak kenal ampun, sampai rasanya logika dan perasaan ikut teraduk-aduk.
Mendebarkan, karena kita tidak hanya disuguhi baku tembak; tapi merasakan juga ketika peluru menembus tubuh, disambut jeritan, dan kehilangan yang mengukir patriotisme dalam diri seorang prajurit.
Sosok kapten yang digambarkan dalam “Believe” ini heroik, sebanding dengan Captain America di jagad komik atau Captain Phillips (2013) di Hollywood.
Tokoh utama dalam film berlatar tahun 1975 hingga 1999 ini ialah Kapten Agus Subiyanto, yang kini telah berpangkat jenderal dan dikenal sebagai Panglima TNI.
Film biopik Agus ini digarap secara ambisius. Duo sutradara yang menggarapnya, Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana, bahkan meraih penghargaan “Best Director” di Montreal International Film Festival 2025.
Realisme tempur dan kedalaman visual
Misi dua sutradara berbakat itu adalah menerjemahkan kisah nyata dari medan pertempuran saat krisis Timor Timur ke layar lebar.
Aksi yang intens di “Believe” dengan latar cerita yang berjalan dari tahun ke tahun didukung visualisme tanpa kompromi.
Penggunaan alat perang seperti KRI Teluk Amboina-503, heli “hidung pesek”, serta tampilan bagian dalam pesawat Hercules model awal yang terasa begitu nyata sebagaimana referensinya di masa lalu.
Film ini juga menghadirkan dukungan teknologi generatif grafis komputer (CGI) dalam sajian kedalaman visualnya, tapi tidak berlebihan.
Koreografi tembak-menembak dan ledakan di medan pertempuran juga dibuat seru untuk disaksikan.
Mandra dan Wardhana jelas ingin menjawab pertanyaan para penggemar, “Sanggupkah sineas Indonesia membuat penonton merasakan film perang yang sesungguhnya?”
Mereka berhasil. Film “Believe” dapat disebut sebagai puncak baru dalam genre aksi laga di industri perfilman Indonesia, setelah The Raid (2011).
Mandra dan Wardhana mencapai puncak itu dengan rentetan aksi kejar-kejaran dan pertempuran brutal, serta pertarungan satu lawan satu dengan musuh yang menggetarkan nyali.
Tata audio juga diiringi suara desing peluru dan ledakan yang imersif, menempatkan penonton seperti berada langsung di tengah kekacauan pertempuran.
Meledak-ledak dengan makna
Semua aspek teknis pendukung film ini tentunya akan sia-sia jika tidak memiliki makna di baliknya.
Makna yang terpenting di film “Believe” adalah tentang kemanusiaan, keberanian, dan kesetiakawanan, yang disampaikan kepada generasi sekarang secara berimbang.
Produser Celerina Judisari (Ayie) mengatakan rumah produksi Bahagia Tanpa Drama yang memproduksi film ini terdorong oleh kekhawatiran akan dampak tayangan klise peperangan pada generasi muda.
Saat ini, kata Ayie, generasi muda cenderung tidak merasakan lagi dampak mengerikan dari perang sebenarnya, karena telah direduksi menjadi tontonan singkat semata oleh platform video pendek dan lain-lain di media sosial.
Lewat film ini, Ayie berharap bisa memberi pencerahan soal konsekuensi perang yang sesungguhnya.
Sementara itu, Mandra berkata bahwa produksi film “Believe” sejak awal tidak ingin dibuat menyentuh politik. Tidak ada benar dan salah, hanya murni mengangkat dampak dari peperangan yang intens.
Dampak perang yang disajikan di film itu tidak hanya dapat dilihat dari kata-kata atau aksi fisik semata, tetapi juga dari momen-momen sunyi setiap karakter-karakternya pun juga ada.
Dengan sajian visual itu, penonton dibuat merenung tentang arti kesetiaan, pengkhianatan, dan harga mahal dari nyawa yang terancam keselamatannya akibat perang.
Mandra memahami: film perang sejati harus lebih dari sekadar adegan tembak-menembak. Meski tentu saja jangan harap dialog filmnya setara dengan sajak Shakespeare.
Namun bagi penonton yang mencari pengalaman sinematik berlatar peperangan yang mendebarkan, ‘Believe’ adalah pilihan yang menarik.
Plot Sederhana: Perjalanan Agus Subiyanto
Alur cerita film ini memiliki kesederhanaan.
Singkatnya, Sersan Kepala Dedy (diperankan Wafda Saifan) yang pernah bertugas di Timor Timur pada 1975 berhasil kembali dari medan pertempuran di Timor Timur ke Jakarta dengan selamat.
Namun, setelah Dedy pulang, anaknya, Agus justru menjadi menderita oleh konflik rumah tangga antara ayah dan ibunya.
Setelah istrinya pergi, Dedy mendidik Agus kecil (M Faqih Alaydrus) dengan keras.
Didikan keras ayahnya dan dampak perpisahan dengan ibunya membuat Agus berubah menjadi pemuda jagoan (Ajil Ditto) yang suka berkelahi satu lawan satu sewaktu SMA tahun 1984.
Hingga suatu ketika, wafatnya Serka Dedy menjadi titik balik bagi Agus untuk merenungi kembali sikap sang ayah dan didikannya yang keras sejak kembali dari medan pertempuran.
Agus pun mengikuti jejak militer ayahnya. Namun, menapaki jalan karir militer bagi Agus tidak semudah yang dibayangkan.
Agus menghadapi banyak rintangan yang hampir membuatnya menyerah. Dihantui penolakan, kegagalan, dan rasa takut akan bayang-bayang masa lalu, Agus tetap berkeinginan keras melewati setiap rintangan tersebut.
Untungnya, dalam perjalanannya di kemiliteran, Agus berkesempatan belajar langsung dari Letnan Kolonel Prabowo Subianto (Ernest Samudera).
Saat itu Prabowo menghadirkan sosok komandan yang berpengalaman.
Pengaruh dari Prabowo pula yang membentuk Agus menjadi komandan kompi yang tangguh.
Singkatnya, penonton akan diperlihatkan Agus harus bertugas di area konflik Timor Timur seperti ayahnya.
Dia berjuang melewati tugas memantau dan berburu target yang berbahaya bagi penduduk lokal, sembari meringkuk di hutan selama tujuh hari tujuh malam, hanya berbekal ransum seadanya.
Para aktor pendukung film, dari Adinda Thomas (sebagai Evi), Maudy Koesnaedi (ibu mertua), hingga Zidni Hakim (Jarwo), semuanya berkontribusi signifikan dalam menghidupkan karakter “penyelamat” yang secara natural diwarisi oleh Agus dari sang ayah.
Secara keseluruhan, “Believe – Takdir, Mimpi, Keberanian” adalah film yang kuat dengan pesan penting untuk dinantikan penayangannya di bioskop seluruh Indonesia mulai 24 Juli 2025.
Meskipun film “Believe” memiliki pesan mendalam tentang kemanusiaan dan keberanian, orang tua penting untuk mengikuti pedoman usia penonton yang ditetapkan Lembaga Sensor Film untuk film ini.
Sumber : Antara
Comments