Lifestyle

Sentuhan Yandy Laurens di Film Sore: Istri dari Masa Depan

0
Film Sore: Istri dari Masa Depan
Film Sore: Istri dari Masa Depan (antara)
STARJOGJA.COM, Info –  Yandy Laurens sutradara dan penulis memberikan sentuhan berbeda dalam film dari serial web “Sore: Istri dari Masa Depan”. Yandy memperdalam makna memperjuangkan cinta yang dilakukan Sore untuk Jonathan, dan memadukannya dengan kerelaan hati demi sang kekasih.
Film “Sore: Istri dari Masa Depan” tetap berpegang teguh pada pakem cerita serial webnya. Sore, yang di serial web diperankan oleh Tika Bravani dan di film digantikan Sheila Dara, masih menjadi istri dari masa depan yang muncul di tempat tidur dan mengagetkan Jonathan (kedua format diperankan Dion Wiyoko).
Jonathan, baik di serial web maupun film, tetap terlihat bingung hingga kesal, dan mempertanyakan kehadiran Sore kepada temannya yang bernama Carlo (serial web diperankan oleh Samuel Oluoko, dan di film diperankan Goran Bogdan).
Sore juga masih mengikuti kegiatan Jonathan dan membuktikan bahwa adalah benar dirinya merupakan istri dari masa depan.
Dalam beberapa adegan, Sore tetap mimisan hingga pingsan sebagai konsekuensi kembali ke masa lalu.
Namun, pakem cerita yang telah kaya dengan unsur fantasi dalam serial web kemudian diperkuat oleh Yandy di medium film dengan mempertegas konsep melintasi waktu yang dilakukan Sore.
Memperjuangkan dan merelakan cinta
Dalam serial web, Sore digambarkan sebagai karakter istri yang kembali ke masa lalu atas bantuan “mereka”, dan memperjuangkan suami sekaligus cintanya, yakni Jonathan, agar bisa mengubah rutinitas dan mengedepankan gaya hidup sehat.
Sore dalam format tersebut tidak banyak mengalami kesulitan agar Jonathan mengubah gaya hidupnya.
Namun, keengganan Jonathan untuk mengubah satu kebiasaan kemudian membuat Sore memilih merelakan cintanya, dan menjelaskan tujuan kedatangannya ke masa lalu sebagai upaya terakhir agar sang tercinta berubah.
Jonathan kemudian digambarkan kehilangan dan memperjuangkan cinta yang telah tumbuh terhadap Sore.
Yandy lantas sedikit banyak mengubah cerita dalam serial web itu saat mereka ulang pada format film.
Ada tiga babak dalam film untuk menggambarkan bagaimana gigihnya Sore memperjuangkan cintanya, dan kemudian merelakannya.
Pada babak pertama, penonton akan diperkenalkan bedanya Jonathan di film dengan serial web.
Jonathan tampak sungguh merupakan seorang fotografer yang idealis. Seperti diperlihatkan pada trailer, penonton dapat menyaksikan dan meyakininya dalam beberapa adegan film.
Setelah itu, Sore muncul di kehidupan Jonathan dan berusaha dengan gigih memperjuangkan cintanya. Dia mudah tersenyum dan membuktikan perasaan cintanya yang amat besar untuk Jonathan.
Sore juga masih mengatur kehidupan Jonathan agar menjadi lebih baik dan menghadapi tantangan keengganan untuk berubah.
Babak kedua, bertajuk Sore. Yandy dengan cerdik memperdalam makna memperjuangkan dan merelakan cinta di babak ini.
Dari sorot matanya saja, orang tahu bahwa Sore sangat berusaha membuat Jonathan berubah. Bahkan, penonton mungkin bisa berempati dan merasakan perasaan capek tetapi tidak boleh berhenti, seperti yang dirasakan Sore. Hingga akhirnya, Sore harus merelakan cintanya.
Lagu “Pancarona” dari Barasuara sebagai salah satu musik film memperkuat hal tersebut.
Memang, membuat film romansa tidak mudah. Penonton mungkin hanya ingin melihat adegan-adegan yang manis saja. Si karakter bertemu sang tercinta, mereka saling tersenyum, berkonflik sedikit, lalu  kembali pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, realitasnya kadang tidak seperti itu.
Yandy sebagai penulis mencoba menyadarkan orang yang menonton film “Sore: Istri dari Masa Depan” bahwa cinta dan menjalin hubungan dengan seseorang tidak hanya mengalami hal yang manis-manis saja.
Menginterpretasikan yang ingin disampaikan Yandy dalam film itu bahwa menjalin cinta dan kemudian memutuskan untuk hidup berumah tangga dapat membuat orang memiliki perasaan rindu yang amat mendalam hingga akhirnya terobsesi.
Berjuang boleh, bahkan sampai membuat bodoh. Cinta kadang seperti itu kan? Namun, Yandy juga mengingatkan  bahwa ada saatnya untuk merelakan cinta tersebut dengan berhenti sejenak atau mungkin selamanya.
Cara Yandy untuk membuat karakternya merelakan cintanya ini lah yang menjadi salah satu pembeda antara film dengan serial web berjudul sama itu.
Walaupun demikian, muncul sejumlah pertanyaan bagi penonton. Salah satunya, apa benar-benar mudah mendapatkan pekerjaan karena alasan patah hati?
Berikutnya, babak terakhir yang bertajuk waktu.
Pada babak tersebut, Yandy menegaskan kembali untuk terakhir kalinya bahwa berjuang demi cinta juga ada batas waktunya.
Waktu seolah menjadi penjaga dan pengingat bagi kita bahwa mencintai seseorang dan memperjuangkannya memiliki batas. Kita tidak selamanya bisa melakukan hal tersebut di dunia ini.
Hal itu ditegaskan Yandy melalui ucapan karakternya yang berubah dibanding adegan-adegan lain dalam film.
Secara keseluruhan, Yandy berhasil merangkum bagaimana memperjuangkan dan merelakan cinta dalam tiga babak pada film tersebut.
Nomine pemeran utama wanita terbaik
Selain Yandy yang cemerlang dalam mereka ulang cerita “Sore: Istri dari Masa Depan” mengenai berjuang dan merelakan cinta, rasanya patut dipertimbangkan agar Sheila Dara  menjadi salah satu nomine pemeran utama wanita terbaik dalam festival-festival film berkat penampilannya sebagai Sore.
Memang, hal tersebut sedikit ada andil Yandy sebagai penulis yang menuliskan skenario dengan cakap, dan menghadirkan tokoh Sore yang diperankan Sheila Dara dengan motivasi yang kuat hingga perkembangan karakter yang dibangun dengan baik. Namun, andil utamanya tetap dipengaruhi oleh sang aktris.
Seperti ditulis di awal, hanya melalui sorot matanya saja, penonton dapat berempati kepada Sore.
Ada kegembiraan di mata Sore saat melihat Jonathan. Selain itu, ada kegundahan, lelah, dan harus selalu tegar agar cintanya yang dirindukan itu menjadi abadi.
Tentu hal tersebut juga didukung dengan chemistry antara dirinya dengan Dion Wiyoko sebagai Jonathan.
Kita dengan mudah percaya bahwa Sore di masa depan adalah istri Jonathan, dan dia menyimpan luka akibat hal yang berkaitan dengan sang suami.
Oleh sebab itu, wajar bila menyebut Sheila Dara bermain dengan baik sebagai Sore di film tersebut. Bahkan, penonton pun dapat berempati terhadap apa pun tingkah lakunya dalam tiga babak tersebut.
Meskipun, bagi sebagian penonton, penampilan Tika Bravani sebagai sosok Sore di serial web masih membekas dan mencoba membandingkannya dengan Sheila Dara.
Namun, karakterisasi Sore yang diperankan kedua aktris tersebut memiliki perbedaan, sehingga cukup membuat kita berhenti membandingkan dan malah memuji penampilan mereka.
Musik film
Berbeda dengan serial webnya, tidak ada lagu “I’ll Find You” yang dinyanyikan Kunto Aji sebagai musik film. Akan  masih ada “Forget Jakarta” dan “Gaze” dari Adithia Sofyan.
Namun, pemilihan lagu dari Barasuara berjudul “Pancarona” dan “Terbuang Dalam Waktu” oleh Yandy Laurens dalam film tersebut patut dipuji.
Kedua lagu dinilai sukses menjadi musik film dan meningkatkan intensitas cerita yang ingin disampaikan oleh Yandy. Kita bisa merasakan capek hingga lega saat musik film tersebut diputar.
Khusus tembang “Terbuang Dalam Waktu”, mungkin menjadi lagu yang paling membekas bagi sebagian penonton yang langsung pulang setelah layar menampilkan credit title film.
Alunan nadanya yang memberi kesan mewah saat dimainkan, dan lirik yang menyatu dengan adegan film, rasanya menjadi penutup yang indah untuk penonton.
Kita ‘kan tua dan kehilangan pegangan
Lihat senyummu memberikan kekuatan
Sisa nafasku
Cinta tak kenal waktu menjagamu
​​​​​​​Mengutip sedikit lirik lagu tersebut, dan seperti halnya perasaan cinta Sore untuk Jonathan, perasaan cinta tidak akan mengenal waktu.
Sama halnya dengan film “Sore: Istri dari Masa Depan”, perasaan kagum dan memuji tidak akan mengenal waktu untuk penulisan Yandy, kerja keras tim produksi, dan penampilan gemilang para pemainnya yang terutama Sheila Dara.
Sumber : Antara
Bayu

Pengamat Sesalkan Cedera Ole Romeny di Piala Presiden

Previous article

Rute Baru Sleman Temple Run 2025, Lewati Candi Keraton Ratu Boko

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Lifestyle