STARJOGJA.COM, Info – Lebih dari 1,4 juta kasus demam berdarah dengan lebih dari 400 kematian dilaporkan secara global dalam tiga bulan pertama tahun ini, menurut data yang disampaikan ASEAN Health Cluster 2 dalam rangka peringatan ASEAN Dengue Day (ADD) 2025. Mengangkat tema “ASEAN United: Zero dengue deaths, a future we build together,” ASEAN menyerukan penguatan kolaborasi lintas sektor, pendekatan berbasis komunitas, serta pemanfaatan inovasi dan teknologi dalam pengendalian dengue di kawasan.
Menindaklanjuti seruan tersebut, Pusat Kedokteran Tropis (PKT) Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Simposium dan Bedah Buku Dengue sebagai upaya akademisi memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan dalam pencegahan dan pengendalian dengue yang berkelanjutan. Acara dilaksanakan pada Kamis, 26 Juni 2025 pagi di Auditorium Gedung Tahir kompleks FK-KMK UGM secara luring dan daring.
Acara yang diikuti hampir 350 peserta tersebut dibagi menjadi dua sesi, simposium dan bedah buku. “Dengue ini tidak bisa diselesaikan dengan satu aspek saja,” ucap Prof. dr. Eggi Arguni, MSc, PhD, SpA(K) yang berperan sebagai moderator saat membuka sesi simposium. Sesi ini diawali dengan paparan dari Dinas Kesehatan DIY mengenai tantangan dan strategi memperkuat koordinasi lintas sektor dan tata kelola program pengendalian dengue.
Simposium dilanjutkan dengan pemaparan oleh Aldilas Achmad Nursetyo, MD, MS, yang menyoroti pentingnya integrasi pemodelan kecerdasan buatan (AI) dalam sistem surveilans dengue. Paparan ketiga disampaikan oleh Prof. Sulistyawati, S.Si., M.P.H., Ph.D, yang menekankan peran keterlibatan masyarakat dan keberlanjutan program, melalui contoh implementasi Program Jumantik. Ketiga topik ini menunjukkan bahwa pengendalian dengue membutuhkan sinergi lintas disiplin yang menggabungkan kebijakan, teknologi, dan pemberdayaan komunitas.
Setelah sesi simposium yang mengupas pendekatan kolaboratif dari berbagai sektor, acara dilanjutkan dengan bedah buku Dengue: Berbagai Aspek dan Solusinya. Prof. dr. Adi Utarini, MSc., MPH., Ph.D., selaku salah seorang editor menjelaskan secara singkat buku yang ditulis sebagai bentuk kontribusi akademik dalam mendalami isu dengue secara komprehensif dan berbasis ilmiah. “Setelah membaca buku ini semoga muncul sinergi untuk bersama mendukung eliminasi Dengue,” pungkasnya di akhir sesi.
Sesi dilanjutkan dengan tanggapan dari Prof. Sulistyawati, S.Si., M.P.H., Ph.D., Dr. dr. Rr. Ratni Indrawanti, Sp.A(K), dan dr. Asik Surya, MPPM. Ketiganya mengapresiasi kemudahan dan kenyamanan membaca buku ini, baik dari sisi alur pengelompokan topik, tampilan, maupun ilustrasi pendukung yang memperkuat pemahaman. Salah satu penanggap, dr. Asik Surya, secara khusus menyoroti kelengkapan isi buku ini.
“Yang paling menyenangkan adalah ada bab yang membahas tata laksana,” ujarnya.
Menurutnya, topik itu jarang ditampilkan dalam buku-buku sejenis.
Buku yang sudah mulai dipasarkan melalui e-commerce ini menyajikan eksplorasi komprehensif terhadap pengendalian dengue melalui tiga perspektif utama: pemangku kebijakan, akademisi, dan masyarakat. Dibagi dalam tiga bagian besar—epidemiologi, virologi dan penyakit, serta strategi penanggulangan—buku ini membahas mulai dari faktor penularan, manajemen klinis infeksi dengue, hingga pendekatan programatik dalam pengendalian penyakit secara menyeluruh.
Selain rangkaian sesi di dalam auditorium, panitia juga menghadirkan sejumlah booth informatif di luar ruangan. Booth proyek Wolbachia menyajikan informasi interaktif tentang teknologi alami dalam pengendalian vektor dengue. Sementara itu, booth penjualan buku “Dengue: Berbagai Aspek dan Solusinya” disediakan agar peserta dapat mengakses dan mengenal isi buku terlebih dahulu sebelum mengikuti sesi bedah buku.
Tak ketinggalan, booth Program Pascasarjana Ilmu Kedokteran Tropis FK-KMK UGM turut dibuka untuk memperkenalkan peluang studi lanjutan di bidang kesehatan tropis bagi peserta yang berminat melanjutkan karier akademik.
Melalui penyelenggaraan simposium dan bedah buku ini, panitia berharap ASEAN Dengue Day 2025 tidak berhenti sebagai seremoni tahunan semata, tetapi menjadi momentum untuk mendorong langkah-langkah nyata dalam pengendalian dengue di Indonesia. Dengan memperkuat kolaborasi lintas sektor dan mendorong kontribusi aktif akademisi, diharapkan terbentuk sinergi berkelanjutan yang mampu mewujudkan visi bersama: Indonesia bebas kematian akibat dengue.
Baca juga : Kulon Progo Waspadai Demam Berdarah Dengue
Comments