STARJOGJA.COM, Info – Demam tifoid, yang lebih dikenal dengan tipes, adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi yang terdapat di saluran pencernaan manusia. Tifoid terjadi karena kondisi lingkungan yang buruk, sanitasi yang kurang baik, dan pemukiman yang padat.
Dr. Silvia Mery, Ketua Ikatan Alumni Magister Ilmu Kedokteran Tropis, sekaligus bertugas di Rumah Sakit Panti Rapi Yogyakarta, menjelaskan tifoid dan tipes sebenarnya berbeda, tipes disebabkan oleh bakteri richetsia adalah bakteri yang menyerang kutu. Tipes akibat richetsia sangat jarang ditemui di Indonesia, sehingga banyak orang meyebut tifoid itu penyakit tipes.
Ia mengatakan demam tifoid ini merupakan infeksi yang cukup serius yang menjadi perhatian di Indonesia.
“Penularan tifoid melalui vekal oral dan disebabkan oleh bakteri. Salmonella typhi menyerang pencernaan, pasti gejalanya juga berkaitan dengan pencernaan, mulai dari mual, diare, konstipasi, tubuh lemas, bercak merah di batang tubuh, dan lidah kotor atau geographic tang,” ujar dr. Silvia.
Dr. Silvia Mery meminta masyarakat untuk mewaspadai pola demam yang terjadi pada penyakit ini.
“Pola demam tifoid dibandingkan dengan deman lainnya itu step leader, awalnya itu tidak terlalu panas, suhu 37 derajat jadi belum terlalu naik, tapi lama-kelamaan semakin panas 39 – 40 derajat,” tambah dr. Silvia.
Inkubasi demam tifoid ini cukup lama, 5 sampai 7 hari baru terlihat gejalanya. Gejala pertama atau stadium 1 adalah badan lemas, ketika bertambah berat, apalagi sampai ke keluhan pencernaan, ini sudah memasuki stadium 2, lebih baik langsung ke layanan kesehatan, maka akan diberikan antibiotik agar tubuh membaik.
Ketika penyakit ini tidak segera diatasi maka akan muncul gejala yang lebih berat stadium 3 yaitu bakteremi, yang bisa menyebar keseluruh tubuh melalui peredaran darah. Selanjutnya, bakteri tersebut bisa mengorgan-organ tubuh, menimbulkan kelumpuhan, bahkan sampai kematian, stadium tingkat 4 yang sudah parah.
“Salmonella typhi bakteri akibat tifoid ini terdapat pada sampah atau kotoran. Apalagi ketika musim hujan datang bakteri pasti akan terbawa oleh aliran air dan mempermudah untuk menyebar,” kata dr. Silvia.
Ia menyatakan sistem imun manusia dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya cuaca, perubahan suhu yang mendadak, dan dehidrasi.
“Minimal sekali orang terkontaminasi bakteri salmonella typhi, ini tergantung kekebalan tubuh masing-masing,” ujar dr. Silvia.
dr. Silvia Mery menekankan pentingnya kesadaran akan gejala-gejala tifoid, untuk melakukan tidakan pencegahan dan penanganan dini.
“Terutama adalah cuci tangan menggunakan sabun, pencegahan infeksi itu pay and detail, meningkatkan ketahanan tubuh, dan tata cara defekasi dengan baik dan benar,” tutup dr. Silvia.
Penulis : Ernita Putri Andini
Baca juga : Waspada Infeksi Demam Tifoid saat Cuaca Panas
Comments