News

Jejak 200 Tahun Masjid Jami’ Karangkajen dan Tradisinya

0
masjid jami' karangkajen
masjid jami' karangkajen (safira)

STARJOGJA.COM, Info – Masjid Jami’ Karangkajen, berdiri sejak akhir abad ke-18 M. Menjadi salah satu masjid bersejarah di Yogyakarta yang masih aktif sebagai pusat ibadah dan kegiatan keagamaan masyarakat hingga kini.

Ketua Takmir, Jahdan Humami, menjelaskan awal mula Masjid Jami’ Karangkajen hanya berbentuk bangunan kayu sederhana berukuran 10 x 10 meter. Kapan renovasi pertama memang tidak diketahui, namun bentuk masjid yang lebih luas yang didominasi material kayu, masjid juga memiliki kolam dan menara tradisional untuk tempat azan.

“Masjid Jami’ ini dibangun sekitar akhir abad ke-18 sekitar 1798, sebelum Perang Diponegoro. Awal mula masjid ini dibangun dari bahan material kayu ukuran 10 x 10 kemudian dikembangkan dan direnovasi,” jelas Jahdan pada Selasa (02/12/2025).

Renovasi besar berikutnya terjadi pada tahun 1963–1964. Pada masa ini struktur masjid mengalami transformasi signifikan dari bangunan kayu menjadi bangunan berbahan tembok dan bata merah. Kolam lama di halaman masjid ditiadakan, sementara tempat wudhu masih menggunakan sumur dan sistem senggot (menimba air).

“Sudah dibangun dengan menggunakan hampir semuanya material tembok. Kayu hanya terbatas pada bagian atap untuk memasang genteng,” tuturnya.

Pada tahun 2003, masjid kembali direnovasi besar-besaran. Rencana renovasi awal hanya ingin menambah satu lantai di sisi utara untuk poliklinik dan satu lantai di selatan untuk perpustakaan. Namun usulan masyarakat membuat pembangunan diperluas.

Hasilnya, bangunan belakang masjid dibangun menjadi tiga lantai, Lantai-lantai tersebut kini dimanfaatkan sebagai area perkantoran, ruang kegiatan, dan layanan masjid lainnya. Pada masa ini pula mengganti menara lama yang digunakan untuk azan dengan pengeras suara elektrik di ruang khusus.

“Kalau mau renovasi, jangan tanggung-tanggung, sekalian saja rombak semuanya,” ujar Jahdan menirukan aspirasi jamaah.

Sementara itu, gempa bumi Yogyakarta pada Mei 2006 sempat merusak bangunan masjid, ruang bangunan lama yang merupakan sisa struktur 10 x 10 meter runtuh total. Bagian masjid hasil renovasi 2003 tetap berdiri meskipun mengalami retakan.

Renovasi dilakukan kembali pada Tahun 2006 untuk memperkuat struktur bangunan. Bagian depan kemudian dibangun ulang menjadi dua lantai.

“Yang bagian depan itu yang 10 x 10 itu hancur total, bangunan itu sampai menunduk,” jelas Jahdan.

Tidak hanya sejarah, Majid Jami’ Karangkajen juga memiliki keunikan khusus yang tidak ditemukan di banyak masjid sekitar yaitu program Masjid Taklim yang diadakan setiap hari setelah salat Subuh. Program ini menjadi ruang rutin bagi jamaah untuk menambah ilmu, memperkuat hafalan, dan memperbaiki pemahaman agama.

“Setahu saya, masjid-masjid dekat sini tidak ada yang punya program masjid taklim setiap hari habis Subuh. Ini sudah puluhan tahun,” terang Jahdan.

Masjid Jami’ ini juga memiliki aktivitas harian yang meliputi shalat lima waktu berjama’ah. Serta Masjid Taklim setelah Subuh yang dilaksanakan setiap hari tanpa jeda, berisi kajian keislaman, bacaan kitab, atau tausiyah singkat.

Aktivitas mingguan di Masjid Jami’ yaitu pengajian anak dan baca Qur’an yang diadakan setiap malam jumat. Serta Tahsin dewasa setiap malam Sabtu.

Setiap bulan Ramadan, kegiatan masjid bertambah ramai dan penuh rutinitas spiritual. Meliputi Kultum Ramadhan, Takjilan, shalat tarawih berjama’ah, serta Penggalangan Zakat Mal dan Zakat Fitrah.

penulis: Syiam Safira

Baca juga : Yuk Mengenal Masjid Jami Bleberan Kulonprogo

Ar Royyaan, Masjid Berdesain Terbuka dengan Beragam Aktifitas

Previous article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News