STARJOGJA.COM, Info – Teknologi kesehatan di Indonesia terus berkembang dengan teknologi Quantoom untuk meningkatkan ketahanan kesehatan nasional. Kementerian Kesehatan meluncurkan teknologi ini sebagai bentuk inovasi menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA) dalam pengembangan vaksin serta produk-produk biologi.
Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Lucia Rizka Andalucia mengatakan teknologi mRNA merupakan pondasi yang penting dalam penguatan persiapan dalam menghadapi pandemi, mengingat pentingnya produksi vaksin dalam jumlah yang banyak secara cepat.
Oleh karena itu, penguasaan teknologi mRNA adalah komponen strategis dalam membangun kesehatan nasional, yang sekaligus mendukung pilar ketiga transformasi kesehatan, yakni ketahanan di bidang farmasi dan alat kesehatan.
“Penyiapan infrastruktur riset ini dan manufakturing penting untuk membangun kesiapsiagaan kita. Dan tentunya tidak bisa dilakukan sendiri Ini harus dilakukan secara bekerja sama terintegrasi,” katanya di Jakarta, Selasa (2/12/2025).
Rizka menyebutkan bahwa selama pengembangan teknologi mRNA ini, Indonesia mendapat banyak dukungan dari organisasi global, mulai dari untuk mendapatkan lisensi, transfer teknologi, bantuan pembiayaan, hingga penelitian.
“Harapannya ke depannya selain untuk ketahanan di dalam negeri, kita juga dapat berkontribusi di tatanan global dalam penyediaan vaksin dan perbekalan kesehatan, yang khususnya dengan teknologi-teknologi yang baru,” dia menambahkan.
Dia menjelaskan bahwa 2021, Indonesia ditunjuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam program transfer teknologi mRNA. Kemudian, pada 2023, katanya, Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) menunjuk Bio Farma untuk kolaborasi di tingkat Global South.
Rizka mengatakan, agar teknologi mRNA dikenal dan diadopsi lebih luas, Kementerian Kesehatan dan Bio Farma mengadakan diseminasi teknologi tersebut, serta menjalin kolaborasi dengan organisasi internasional.
Nantinya, kata Rizka, teknologi mRNA juga akan digunakan untuk mengembangkan berbagai vaksin untuk berbagai penyakit sebagai chikungunya, nipah, dan patogen tak diketahui yang dapat menyebabkan pandemi di masa depan, atau disebut sebagai disease X.
Selain itu, teknologi tersebut juga akan digunakan untuk mengembangkan penanganan bagi penyakit yang bersifat endemik di Asia Tenggara, seperti malaria, dengue, tuberkulosis (TBC), dan rabies.
Adapun Quantoom Biosciences adalah perusahaan yang bergerak di bidang mRNA. Produknya berupa Ntensify mini digunakan untuk riset, dan saat ini fasilitas itu ada di Bio Farma.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan bahwa setelah pandemi COVID-19, terdapat kesadaran bahwa perlu ada kapasitas riset yang memadai dalam sektor kesehatan, guna menyelamatkan publik.
“Di akhir 2022, kami mulai berpikir cara mendesain ekosistem penelitian kesehatan yang benar. Salah satu yang harus dilakukan adalah mengubah aturan,” kata Budi.
Sumber : Antara
Baca juga : Ilmuwan Teliti Alternatif Vaksin Covid-19 Melalui Hidung







Comments