LifestyleMusic

Perlunya Sisi Bisnis untuk Sistem Royalti Musik

0
royalti musik
Ilustrasi Konser musik (foto: Jusan)

STARJOGJA.COM, Info – Sistem royalti musik di Indonesia perlu mempertimbangkan dari sisi bisnis. Hal ini diungkapkan CEO USEA Global, Jerry Chen.

Jerry menilai penegakan hukum seputar royalti harus mendasarkan pemahaman pelaku bisnis komersial seperti food and beverage, ritel, dan hotel sebagai sumber pemasukan memahami manfaat dari pembayaran tersebut.

“Jadi, jika mereka tidak benar-benar mau membayar karena tidak melihat manfaat dari selembar kertas atau stiker, bagaimana itu bisa membantu bisnisnya,” kata Jerry dalam diskusi di Jakarta, Senin (17/11/2025).

Menurut Jerry, musisi dan pencipta lagu memang wajib memperoleh hak terkait royalti atas karya mereka. Namun, dirinya juga menyoroti kebutuhan pelaku usaha yang menjadi sumber pemasukan royalti.

Jerry juga menyoroti pentingnya pengelolaan musik yang tepat di ruang usaha, hal ini lantaran banyak pemilik usaha kehilangan kontrol ketika pegawai memutar musik sembarangan.

Misalnya, situasi ketika restoran menyajikan makanan lokal Indonesia, namun musik yang diputar justru tidak sesuai suasana, seperti pop Sunda bercampur lagu K-pop populer.

Di sisi lain, musik yang dikelola dengan baik bisa menjadi alat strategis untuk mendorong penjualan, misalnya dengan penyisipan voice-over promosi diskon pada jam-jam tertentu. Dengan musik yang diatur sesuai waktu dan karakter konsumen, bisnis dapat menciptakan suasana yang efektif untuk meningkatkan transaksi.

Dalam hal ini, Jerry mengatakan Lembaga Manajemen Kolektif (LMK), musisi, dan pencipta lagu dapat memberikan manfaat nyata bagi pelaku usaha dengan menghadirkan musik yang dirancang untuk mendorong penjualan.

“Jadi jika sebagai LMK atau musisi dan pencipta lagu bisa membantu dengan ‘musik yang saya produksi atau bantu ini bisa membantu meningkatkan penjualan’. Bukan hanya tentang mau uang, tapi jika Anda bisa memberikan solusi untuk suatu masalah,“ tutur dia.

Lebih lanjut, Jerry menambahkan pelacakan jumlah pemutaran musik atau royalti akan sangat menantang jika kerangka dan sistemnya belum memadai.

Selain itu, pentingnya melibatkan pelaku usaha dalam pembahasan sistem royalti musik agar kebijakan yang dihasilkan relevan dan dapat diterapkan secara efektif. Perdebatan seputar akuntabilitas sistem royalti tidak akan membawa hasil jika dasar masalahnya tidak diselesaikan.

Dalam hal ini, kemajuan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), sudah mampu menyelesaikan berbagai kebutuhan administratif dan teknis dengan cepat. Namun, teknologi saja tidak cukup jika pelaku usaha belum memahami alasan mengapa mereka harus membayar royalti.

“Karena hanya ketika pihak pembayar bersedia membayar dengan sukarela, barulah sistem tersebut bisa mendapat dukungan. Saya harap dari perspektif ini kita akan memiliki pandangan, jika tidak bisa menyelesaikan masalah mendasar ‘mengapa harus membayar, lalu musisi mendapatkan bayaran’, saya pikir bisa melupakan soal akuntabilitas,” ujar Jerry.

Adapun USEA Global merupakan perusahaan asal Singapura yang menyediakan platform musik berlisensi.

 

Sumber : Antara

Baca juga : Once Bicara Penerapan Pembayaran Royalti Musik oleh LMKN

Bayu

Studi Sebut Polusi Udara Picu Lonjakan Gula Darah

Previous article

Mie Ayam Pak Par, Laris Meski di Gang Sempit

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Lifestyle