Flash InfoHealthNews

Bahaya Radang Tenggorokan Anak

0
anak sakit mudik
ilustrasi orang anak sakit

STARJOGJA.COM, Info -Radang tenggorokan mungkin terlihat sebagai penyakit ringan yang kerap dialami anak-anak. Namun di balik itu, ada ancaman serius yang sering kali tidak disadari: Demam Reumatik dan Penyakit Jantung Reumatik.

Kedua kondisi ini masih menjadi penyebab utama penyakit jantung yang didapat pada anak dan remaja di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, menjelaskan bahwa penyakit jantung reumatik berawal dari infeksi tenggorokan akibat bakteri Streptococcus yang tidak diobati dengan tuntas. Infeksi tersebut dapat memicu reaksi kekebalan tubuh yang keliru, menyerang jaringan tubuh sendiri, dan menyebabkan kerusakan pada katup jantung.

“Banyak kasus baru diketahui ketika kerusakan katup jantung sudah berat, sehingga penanganannya menjadi lebih kompleks dan mahal,” ujar dr. Piprim dalam keterangan resmi, Selasa (11/11/2025).

Ketua UKK Kardiologi IDAI, dr. Rizky Adriansyah, menambahkan bahwa demam reumatik biasanya muncul satu hingga lima minggu setelah radang tenggorokan. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi penyakit jantung reumatik yang bersifat menetap dan sulit disembuhkan.

Anak dengan penyakit ini dapat mengalami gejala seperti nyeri sendi yang berpindah-pindah, ruam kemerahan di kulit, sesak napas, mudah lelah, jantung berdebar, hingga gerakan tubuh yang tidak terkendali akibat gangguan pada saraf.

Indonesia sendiri termasuk negara endemis untuk penyakit jantung reumatik. Angka kematian akibat penyakit ini mencapai 4,8 per 100.000 penduduk, lebih tinggi dibandingkan malaria yang berada di angka 3 per 100.000.

Data Unit Kerja Koordinasi Kardiologi IDAI hingga tahun 2018 mencatat, hanya enam dari sepuluh anak yang mampu bertahan hidup hingga delapan tahun setelah terdiagnosis, sementara empat anak lainnya mengalami kerusakan katup jantung yang semakin berat seiring waktu.

Menurut dr. Rizky, penanganan penyakit ini masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari rendahnya deteksi dini hingga keterbatasan ketersediaan obat pencegahan.

Salah satu kendala terbesar adalah sulitnya memperoleh Benzatin Penisilin G (BPG), antibiotik suntik yang harus diberikan setiap tiga hingga empat minggu sekali untuk mencegah kekambuhan demam reumatik dan memperparah kerusakan jantung.

“BPG adalah tulang punggung terapi pencegahan sekunder, namun sayangnya ketersediaannya di rumah sakit rujukan masih terbatas,” ujarnya.

Karena itu, IDAI menegaskan bahwa langkah paling efektif untuk menekan angka penyakit jantung reumatik adalah pencegahan. Infeksi tenggorokan akibat bakteri harus diobati hingga tuntas dengan antibiotik yang sesuai selama 10 hingga 14 hari.

Selain itu, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dengan sabun, tidak berbagi alat makan, serta menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekolah juga penting untuk mengurangi risiko penularan.

Bagi anak yang sudah pernah mengalami demam reumatik atau telah terdiagnosis penyakit jantung reumatik, pencegahan sekunder perlu dilakukan dengan pemberian suntikan BPG secara teratur minimal selama lima tahun atau hingga usia 21 tahun, tergantung tingkat keparahan kerusakan katup.

IDAI menekankan bahwa upaya mengatasi penyakit jantung reumatik tidak bisa hanya mengandalkan tenaga medis. Diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari orang tua, guru, hingga masyarakat luas.

Orang tua diharapkan lebih peka terhadap keluhan radang tenggorokan pada anak, memastikan pengobatan dilakukan hingga sembuh, serta mendukung penerapan pola hidup bersih dan sehat.

“Untuk mengatasi penyakit ini dibutuhkan komitmen bersama. Semua pihak harus berperan aktif agar anak-anak kita terlindungi dari ancaman yang sebenarnya bisa dicegah,” tegas dr. Piprim.

Baca Juga : 5 Cara Sembuhkan Radang Tenggorokan Tanpa Obat Kimia

Sumber : Bisnis.com

Penulis : Astutik

Waspadai Gejala Kanker Usus Besar

Previous article

Laku Laku Tugu Menyelami Budaya & Gastronomi

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Flash Info