NewsUniknya Jogja

Keistimewaan Gamelan Sekati Keraton Jogja, Hanya Ditabuh Saat Garebek Maulud

0
Gamelan dibunyikan di kompleks Masjid Gedhe Jogja dalam rangkaian Hajad Dalem Sekaten. - Harian Jogja/Lugas Subarkah

STARJOGJA.COM, Info – Keraton Yogyakarta akan menggelar Garebek Maulud sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam acara tahunan ini, Keraton Yogyakarta menggelar berbagai prosesi, salah satunya penabuhan gamelan Sekati.

Wakil Penghageng II Kawedanan Widya Budaya, KRT Rintaiswara menjelaskan bahwa Gamelan Sekaten merupakan Gangsa Sekati, yakni Kanjeng Kiai (KK) Gunturmadu dan KK Nagawilaga.

Gangsa Sekati dikeluarkan dari dalam Kagungan Dalem Bangsal Trajumas Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat dilakukan pada 5 Mulud malam atau yang disebut dengan prosesi Miyos Gangsa.

Setelah dikeluarkan, Gamelan Sekati akan ditabuh di Pagongan Masjid Gedhe dari 6-11 Mulud, tiga kali sehari. Terdapat setidaknya 68 gendhing dalam ragam gendhing sekaten, 16 di antaranya lazim dilantunkan selama prosesi Sekaten oleh Abdi Dalem Wiyaga KHP Kridomardowo.

“Keenambelas gendhing yang dimainkan yakni rambu, rangkung, andong-andong, lunggadung pel, yahume, rendeng, dhendhang subingah, orang-aring, ngajatun, lenggang rambon, salatun, atur-atur, gliyung, bayemtur, burung putih, dan supiyatun,” ujarnya.

KRT Rintaiswara menjelaskan seperangkat Gamelan Sekati yang saat ini dimiliki oleh Kasultanan Yogyakarta merupakan warisan dari Kerajaan Mataram, yaitu Kiai Gunturmadu dan Kiai Guntursari.

Saat Perjanjian Giyanti pada 1755 yang membagi kerajaan Mataram, keduanya dibagi antara Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

“Kiai Gunturmadu diserahkan kepada Kasultanan Yogyakarta, sedangkan Kiai Guntursari diserahkan pada Kasunanan Surakarta. Untuk mengembalikan gamelan pada kelengkapan semula, Kasultanan Yogyakarta membuat putran [duplikasi] dari Kiai Guntursari yang diberi nama Kiai Nagawilaga,” ujarnya.

Dengan latar belakang sejarah tersebut, maka setiap Sekaten berlangsung, gamelan KK Gunturmadu yang usianya lebih tua, selalu diletakkan di Pagongan Kidul, di sebelah kanan Sultan saat beliau duduk di Masjid Gedhe. Sementara KK. Nagawilaga yang dianggap lebih muda, diletakkan di Pagongan Lor.

Meski hanya digunakan setahun sekali, gamelan Sekati dilakukan perawatan secara rutin oleh abdi dalem Keraton Jogja, yaitu dilakukan siraman setiap bulannya.

“Perawatan rutin itu ada seperti siraman, dibersihkan. Kira-kira sebulan sekali disiram. Ketika mau dipakai setahun sekali selama satu minggu itu ada pelarasan, jadi distem dulu,” ujarnya

Baca juga: Gamelan Keraton Sebagai Benda Pusaka Kerajaan

Endog-endogan, Tradisi Warga Banyuwangi Jelang Maulid Nabi

Previous article

Adab Makan yang di sunnahkan Rasulullah SAW

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News