By 
STARJOGJA.COM, Info – Girpasang adalah wisata yang mulai diperkenalkan sejak 2014, namun baru dikenal luas setelah viral di tahun 2021. Saat ini, desa kecil dengan 9 rumah dan 35 jiwa penduduk ini sudah memiliki akses lebih mudah setelah adanya pembangunan jembatan penghubung yang didukung oleh pemerintah. Sebelumnya, warga maupun pengunjung hanya bisa masuk melalui seribu satu tangga.
“Dulu Girpasang bisa dibilang hampir terisolasi, apalagi setelah gempa 2006 dan erupsi Merapi. Sekarang setelah ada jembatan gantung, akses lebih mudah. Anak-anak ke sekolah, warga ke pasar, bahkan mobilisasi ternak pun jadi lancar,” ujar Purnomo, Direktur BUMDes Girpasang.
Wisata Girpasang kini semakin berkembang menjadi destinasi wisata edukasi dengan beragam paket kegiatan. Tak hanya menawarkan panorama alam, Girpasang juga menghadirkan pengalaman unik bagi pengunjung, mulai dari camping, trekking, outbound, hingga berbagai program edukasi.
“Sekarang konsepnya lebih ke edukasi seperti edukasi kopi, edukasi hortikultura atau tanaman, bahkan ada paket unik yaitu bebak melepung atau proses membuat nasi jagung,” jelasnya.
Untuk tiket masuk kawasan desa wisata Girpasang, pengunjung dikenakan biaya Rp5.000 per orang. Sementara gondola yang sempat menjadi daya tarik utama kini sedang dalam tahap perawatan. Normalnya, tarif gondola Rp60.000 untuk tiga orang pulang-pergi.
Girpasang juga menawarkan berbagai paket wisata, mulai dari outbound Rp60.000/orang (min. 30 orang), camping Rp25.000/orang, camping keluarga Rp200.000/mobil, trekking lokal Rp20.000/orang, trekking plus hutan konservasi Rp30.000/orang, kunjungan pertanian hortikultura Rp25.000/orang, hingga edukasi kopi Rp170.000/orang (min. 2 orang). Selain itu masih ada beragam paket menarik lainnya.
“Selain itu, kawasan Girpasang ini juga dikelilingi banyak kafe dengan suasana alam, sehingga wisatawan bisa sekaligus bersantai menikmati pemandangan Merapi,” ujarnya.
Meski tak seramai saat viral, wisata Girpasang masih cukup ramai terutama di akhir pekan. Rata-rata setiap minggu ada sekitar 500 pengunjung, sebagian besar berasal dari luar kota seperti Jogja, Solo, dan Semarang.
“Kalau weekend, terutama Minggu, pengunjung biasanya cukup ramai. Masih banyak wisatawan dari luar kota yang datang,” tuturnya.
Penulis: Adita Isna Aryati
Baca juga:Rekomendasi Wisata Edukasi Sejarah Perjuangan di Yogyakarta
Comments