News

Pariwisata dan UMKM Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi DIY

0
Lembaga Jasa Keuangan DIY

STARJOGJA.COM,JOGJA – Pariwisata dan UMKM Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi DIY.  Selain pariwisata, ada empat sektor lain penopang pertumbuhan ekonomi DIY, yaitu pendidikan, pertanian, industri pengolahan makanan dan minuman.

Ini terungkap dalam Program Midyear Economic Outlook DIY 2025 di The Rich Jogja Hotel, Kamis (19/6), persembahan Star FM, Harian Jogja, dan Bank Syariah Indonesia (BSI) . Program ini Mengusung sub tema Meneropong Laju Ekonomi di Tengah Tantangan Global.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Hermanto, mengatakan jajarannya memiliki komitmen kuat untuk mendorong sektor pariwisata agar berkembang lebih pesat di tengah situasi ekonomi saat ini. Salah satu potensi besar yang dapat menjadi penyokong sektor pariwisata adalah desa wisata.

Selain pariwisata, ada empat sektor lain penopang ekonomi DIY, yaitu pendidikan, pertanian, industri pengolahan makanan dan minuman, dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

“Pariwisata di DIY tidak ada matinya, tapi perlu ada peningkatan kelas atau level untuk meningkatkan length of stay dan spending money,” kata Hermanto.

Hermanto mengaku situasi perekonomian global yang tidak menentu sangat berdampak terhadap ekonomi Indonesia, termasuk DIY.

“BI menahan BI Rate atau suku bunga acuan di angka 5,5%. Hal utama yang dilakukan BI yakni menjaga stabilitas ekonomi dengan mengendalikan nilai rupiah dan inflasi.” terangnya.

Menurut Hermanto, perkembangan pertumbuhan ekonomi DIY triwulan I (Year-on-Year) tumbuh 5,11% di atas Jawa sebesar 5,99%, dan Nasional 4,87%. Pertumbuhan ekonomi DIY hanya lebih rendah dari Provinsi Banten.

“Perekonomian DIY kami perkirakan masih tetap kuat di angka 4,8 persen sampai 5,6 persen di 2025 full year,” katanya.

Sementara itu, GM The Rich Jogja Hotel, Terra Bendrik Poetra, mengaku libur panjang keagamaan di Indonesia tidak dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi di industri perhotelan. Length of stay wisatawan tidak bertambah panjang.

Sejumlah hotel di Sleman, seperti The Rich Hotel akhirnya membuat penawaran bundling untuk wisatawan. Industri perhotelan juga tidak bisa mengandalkan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) dari pemerintah, sehingga perlu pasar baru.

Terra mengaku sektor MICE hilang sekitar 20% – 30%. Meski begitu, pertumbuhan ekonomi perhotelan tumbuh 10% – 15% dengan segmentasi pasar baru.

“Kami ikut merasakan dampak kebijakan efisiensi pemerintah. Kami bekerja sama dengan PHRI, Badan Pusat Pariwisata Sleman, Badan Pusat Pariwisata Jogja, dan Dinas Pariwisata menggelar promosi di sejumlah kota yang bisa kami jangkau, yang lebih banyak FIT [Free and Independent Traveler],” kata Terra.

Awasi Pembuang Sampah Liar, Pemkab Bantul Pasang CCTV

Previous article

Kinerja Lembaga Jasa Keuangan DIY Triwulan I 2025 Cenderung Stabil

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News