STARJOGJA.COM,JOGJA – Penanganan sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan terkhusus di Kota Yogyakarta bukanlah sesuatu yang sederhana. Melalui arahan dari Presiden RI, sampah menjadi permasalahan yang harus segera ditindak lanjuti oleh pemerintahan setempat melalui kolaborasi dengan wilayah di sekitarnya.
Wali Kota Yogyakarta, Dr. (HC.) dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), bersama pemerintahan yang terlibat telah berhasil menangani persoalan sampah pada tahap pertama, mengelola sampah menumpuk pada depo-depo yang menimbulkan bau menyengat. Saat ini, pemerintah fokus mengelola sampah pada tahap kedua, yaitu sampah yang dihasilkan rumah tangga setiap harinya.
“Saya kira Yogyakarta sudah di tahap ke dua, tahap pertama itu menghabiskan sampah yang menumpuk di depo-depo dan sudah selesai, saat ini kita sedang berusaha bagaimana menangani sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga setiap harinya,” ujar Hasto.
Pemkot Yogyakarta telah menambah jumlah gerobak sampah yang awlanya 600 menjadi 1.136 unit. Hal ini menunjukan tingginya partisipasi dan dukungan masyarakat dalam menjaga kebersihan kota.
Selain itu, pemanfaatan insinerator untuk membakar sampah pada suhu tinggi hingga menghasilkan serbuk. Sebelumnya, petugas akan memilah sampah yang dapat diolah menjadi produk ekonomis dan sampah yang harus dibakar.
“Yogyakarta memiliki insinerator sampah dari pemerintah maupun swasta, sampah akan dipilah di Nitikan dan Kranggan, mana saja yang dapat menghasilkan RDR dan memanfaatkan menjadi barang bernilai ekonomis,” kata Hasto.
Pemerintah Kota Yogyakarta juga menggandeng Sleman dan Bantul melalui pertemuan “Kartamantul” dalam menangani sampah antar wilayah. Kolaborasi ini berfokus pada penanganan sampah jalur ring road yang menumpuk di pinggir jalan.
Lebih lanjut, sebanyak 17 posko disiagakan dan menugaskan Satpol PP untuk menggelar OTT terhadap pelaku yang membuang sampah sembarangan.
“Posko penegakan ini dilakukan agar lingkungan tetap bersih dan masyarakat jera jika membuang sampah sembarangan. Tapi, kami tetap mengedepankan pendekatan edukatif yang tegas pada pelanggarnya,” tutup Hasto.
Penulis: Ernita Putri Andini
Comments