STARJOGJA.COM, JOGJA – Universitas Gadjah Mada (UGM) memiliki sebuah rumah adat Jawa yang berlokasi di Kotagede, Yogyakarta. Rumah ini dikenal sebagai Omah UGM dan merupakan sebuah pusat pelestarian budaya Jawa.
Omah UGM awalnya merupakan milik keluarga Parto Darsono, namun setelah gempa bumi tahun 2006, rumah ini dibeli oleh UGM dan direnovasi menjadi sebuah pusat pelestarian budaya Jawa.
Hendri Setyo Purnomo, Pengelola Omah UGM, menjelaskan bahwa rumah ini memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dari rumah adat jawa lainnya. Salah satunya, adalah konstruksi bangunan yang masih menggunakan papan kayu jati dan tata ruang yang masih asli, berbeda dengan kebanyakan rumah adat Jawa di Kotagede yang sudah menggunakan beton.
“Rumah ini awalnya dimiliki oleh sepasang suami istri yang tidak memiliki anak kemudian setelah mereka meninggal rumah ini dikelola oleh saudaranya dan kemudian ada beberapa bangunan yang roboh dan kemudian dibeli oleh pihak UGM, sebagai cagar budaya,” terangnya.
Rumah ini memiliki arsitektur khas Jawa dengan tata ruang yang masih asli. Bangunan ini terdiri dari beberapa bagian, termasuk pendapa, longkangan, dalem, gandhok, kiwa, gandhok tengen, pawon, dan sumur.
Pendapa di kompleks Omah UGM merupakan bangunan baru yang dibangun setelah gempa tahun 2006. Gandhok di sebelah timurnya yang rusak akibat gempa, kini menjadi monumen untuk mengingat kedahsyatan gempa bumi pada 27 Mei 2006.
Untuk koleksi yang ada di Omah UGM sebagian berasal dari UGM dan Sebagian lagi dari peninggalan pemilik sebelumnya. Seperti peralatan makan dan minum, pakaian adat, alat musik, sandal, meja kursi, jam tangan dan masih banyak lagi.
“Jadi, kami harus telaten, teliti untuk membersihkan setiap sudut dan kita menggunakan ramuan yang berasal dari tembakau untuk merawat kontruksinya,” ujarnya
Omah UGM juga digunakan sebagai tempat kegiatan masyarakat, termasuk kegiatan budaya dan pendidikan. Rumah ini juga terbuka untuk umum dan dapat digunakan sebagai tempat prewedding dan ijab kabul.
“Dari pihak UGM memperbolehkan aktivitas warga sekitar untuk menggunakan rumah ini. Selain itu, dapat juga digunakan oleh mahasiswa untuk kuliah kerja lapangan baik dari segi arsitek dan juga pariwisata,” ujarnya.
Pengelolaan Omah UGM dilakukan sesuai dengan adat yang ada di Kotagede, yaitu harus lestari dan dirawat sesuai musimnya. Kebersihan juga menjadi prioritas utama dalam pengelolaan rumah ini.
Diharapkan Omah UGM dapat menjadi sebuah tempat yang dapat membantu melestarikan budaya Jawa dan dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
“Untuk pengunjung yang mau datang kesini silahkan, bagi yang mau datang untuk peliputan jangan disalah gunakan karena rumah ini sangat membantu bagi mereka yang membutuhkan narasi dan untuk mencari pengalaman yang ada disini,” pesan Hendri, Pengelola Omah UGM.
Penulis : Laura Sinta Febriana
Comments