STARJOGJA.COM,JOGJA – Resmi dibuka, PBTY 2025 Wujud Kebinekaan Yogyakarta. Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) 2025 resmi dibuka pada 6 Februari 2025 oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di kawasan Titik Nol Kilometer.
PBTY tahun ini mengangkat tema “Seni dan Budaya Membentuk Karakter” yang diharapkan dapat menjadi upaya dalam pembangunan kebangsaan dan memperkenalkan budaya Tionghoa yang telah menjadi bagian penting dari identitas Yogyakarta.
Perayaan Tahun Baru Imlek yang ke 2570 merupakan tahun ular kayu yang diyakini membawa energi transformasi, pertumbuhan, dan kreativitas.
“Tahun ular kayu diyakini membawa energi transformasi yang seharusnya menjadi modal bagi pekan budaya sebagai moment untuk merenung kembali. Sebagaimana Bung Karno pernah berkata bahwa kreasi kultural bukan hanya sekedar hiburan tetapi sebagai upaya pengkayaan wawasan sebagai bagian dari perjuangan,” ungkap Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya.
Dalam pembukaan PBTY 2025 ini menampilkan berbagai atraksi dan pertunjukan yang dapat memukau dan diharapkan dapat menjadi bukti keragaman budaya dan suku bangsa di DIY.
Tarian yang ditampilkan berupa tarian tangkasing ajurit, barongsai, pertunjukan silat dan wushu, drum band TNI AAU dirgantara, pertunjukkan shio ular kayu, beberapa penampilan dari sekolah yang ada di Yogyakarta dan masih banyak tarian yang lain.
Dengan pembukaan yang begitu meriah pengunjung merasa terpukau dengan acara PBTY di tahun ini. Mereka beranggapan acara tahun ini cukup menarik, namun ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan di PBTY tahun depan.
“Saya tertarik karena acaranya kelihatan meriah banget dan cukup bagus, tapi saat pertunjukan kembang api terlalu dekat dengan pengunjung jadi beberapa pengunjung agak takut dan ada yang terkena cipratan apinya. Harapan untuk kedepannya acara ini tetap bisa menarik wisata bagi semua orang baik dari warga lokal maupun warga negara asing yang sedang berkunjung ke Jogja,” ucap Yunda pengunjung PBTY 2025.
Dengan kegiatan PBTY tahun ini diharapkan bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya Tionghoa di Yogyakarta, serta menjadi daya Tarik bagi masyarakat lokal dan internasional.
Penulis : Laura Sinta Febriana
Comments