STARJOGJA.COM, Info – Sumbu Filosofi sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia pada tahun 2023 lalu. Drs. Aryanto Hendro Suprantoro Kepala Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofi mengatakan jika sumbu filosofi menjadi kekayaan budaya Indonesia.
“Kekayaan budaya yang mempertemukan penanda-penanda penting seperti Panggung Krapyak, keraton hingga Tugu Jogjakarta, didalamnya mengandung filosofi yang ditanamkan Sultan HB I atau Pangeran Mangkubumi waktu itu dalam membangun landskap Jogjakarta,” katanya kepada Star FM.
Hendro mengatakan jika diskusi soal Sumbu filosofi Yogyakarta ini sudah ada sejak tahun 1980-an. Lalu mulai mengajukan ke UNESCO menjadi warisan budaya dimulai sejak tahun 2014.
“Tahun 2014 dengan studi dll, dua dokumen yang sangat dibutuhkan ke UNESCO, tahun 2017 masuk tentantive list, 2018 dosier dan manajemen diajukan ke UNESCO dan tahun 2023 disidangkan dan tidak berlangusng karena kita sangat siap dan beberapa negara tidak mempersmalahkan. UNESCO mengeluarkan Sumbu Filosofi Yogyakarta yang dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO bertajuk lengkap the Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks,” katanya.
Walaupun Sumbu Filosofi ini datang dari Kota Yogyakarta, namun menurut Hendro pengakuan ini mewakili Indonesia. Namun Hendro menegaskan tentang poin penting dari pengakuan ini adalah soal nilai-nilai yang terkandung dalam sumbu filosofi.
“Nilai folosofis sangkan paraning dumadi, manunggaling kawulo gusti dan hamemayu hayuning bawono menjadi satu kesatuan dalam membangun nilai. Mungkin sekarang harus mulai memahami bahwa Jogjakarta dibangun atas landasan filosofis yang sangat mulia,” katanya.
Maka menurutnya masyarakat Yogyakarta harus memahami ini sebagai landasan nilai yang mewakili Yogyakarta baik daerah maupun manusianya. Sehingga jika masyarakat Yogyakarta memahami ini sebagai nilai kehidupan maka akan terlihat karakter manusia Yogyakarta.
“Sehingga sangkan paraning dumadi ini menjadi seperti kompas kehidupan. Harapan HB I masyarakat memahami sangkan paraning dumadi dan kemana akan kembali. Sehingga menjalani kehidupan manusia Jogjakarta yang karakter manusia Jogjakarta sopan santun, menghargai, toleran, dsb. Kalau kita memahami itu semua semoga Jogjakarta hidup sejahtera,” katanya.
Baca juga : Pengakuan UNESCO Pada Sumbu Filosofi Bisa Tingkatkan Pariwisata
Comments