News

Peningkatan Kapasitas Pelaku Industri Produk Khas Jogja

0
Pelaku Industri
Riza 'Arfani, S.T., M.Sc. Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY.

STARJOGJA.COM, Info – Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY melayani para pelaku industri di DIY tumbuh berkembang. Riza ‘Arfani, S.T., M.Sc. Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY mengatakan di DIY memiliki komoditi produk industri yang berbeda-beda mulai dari kuliner, fashion hingga furniture.

“Berbeda beda ada gudeg, geplak, tiwul ada fahsion ada batik di furniture ada ukiran mungkin kalah jepara tapi ada ukiran tertentu khas Jogja. Logam ada keris tetapi luk-luknya atau pamornya, dapurnya khas Jogja komoditinya banyak tapi ini ada sesuatu yang menjadi khasnya Jogja,” katanya kepada Star FM.

Riza mengatakan saat ini pelaku usaha di DIY didominasi fashion terutama batik. Di DIY pengrajin batik sendiri tercatat ada sekitar 1200 pengrajin baik yang masih skala lokal atau sudah menembus ekspor.

Sementara untuk industri kuliner khas Jogja seperti di Kotagede memang masih ada namun volumenya kecil seperti produk kembang waru, kipo.

“Yang masih aktif sedikit. Kalau bakpia dulu hanya beberpaa merk tertentu sekarang sudah semakin banyak, dan masih jadi ngen ngen nggowo bakpia ra yo,” katanya.

Riza mengatakan di DIY pelaku industrinya mayoritas skala kecil. Hal ini mengacu pada aturan Kemenperin no 9 tahun 2022 tentang industri.

“Dari 88 ribu pelaku usaha industri kecil menengah itu 90% kecil,” katanya.

Riza mengatakan untuk produk selain batik ketika akan ekspor seperti kuliner contohnya maka memiliki tantangan sendiri. Mulai memenuhi persyaratan hingga kterbatasan modal usaha.

“Cuma challengenya persyaratan ketat, masa simpan bisa sampai berapa lama keselamatan pangan mau ekspor harus memenuhi Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Yang menembus seperti gudeg bu citro sudah di kaleng minimal jemaah haji bawa. ke Jepang Singapura banyak orang Indonesia tinggal disana,” katanya.

Selain itu juga pelaku usaha masih memiliki mindset yang belum berkembang untuk memajukan usahanya. Padahal usahanya masih dapat lebih berkembang lagi.

“Pelaku usaha kita mendapatkan keahliannya transkil dari pendahulunya. Kelemahannya secara umum kurang mampu mengembangkan. Ngene wae payu kok dadak neko neko. Modal juga menjadi tantangan. Go online ibaratnya dikasih pesanan berapaun harus siap. Ini kendala modal, lalu sofskil bagaimana manajemen produksi menjadwalakan supaya efisien dan biaya produksi minimal,” katanya.

Melihat akses permodalan yang menjadi masalah para pelaku usaha ini maka Pemda DIY memiliki upaya meningkatkan kapasitas pelaku industri. Salah satunya dengan pelatihan dan pembinaan kepada pelaku usaha berdasarkan tingkat industrinya mulai dari pemula hingga lanjut.

“Yang masih kecil kita perkuat yang sudah tumbuh kita percepat kalau sudah maju ya kita dorong. Pembinaan kita diawali dengan survey, diawali dengan membuat proposal masuk ke kabupaten kota bikin dua kepada kepala dinas perindustrian cq bupati walikota kalau ke kami ke kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY cq Gubernur DIY. Propinsi pengesahannya diketahui kabupaten kota sehingga tidak overlap. ada komunikasi supaya tidak tumpang tindih. Identifikasi observasi lalu muncul ada kategori ikm pemula, menengah atau sudah lanjut, pemula ini nanti basic,” katanya.

 

 

Baca juga : Boleh Dicoba Digital Support Pelaku Usaha Bersaing di Digital

Bayu

The Rich Hotel Jogja Siap Hadirkan New Year’s Eve Party 2025: Explore Wonderland

Previous article

BNNP DIY Wujudkan Desa Bersih Narkoba

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News