STARJOGJA.COM, Info – Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY meresmikan 55 sekolah/madrasah di wilayah DIY sebagai Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) pada Rabu, (2/11) di Bangsal Kepatihan Yogyakarta. Deputi Bidang Pencegahan BNPB Dra. Prasinta Dewi M.A.P mengapresiasi kepada Pemda DIY yang sudah berupaya mewujudkan sekolah aman dari bencana.
“Peran serta pentahelix sudah terwujud dan diharapkan menjadi contoh bagi daerah lainnya. SPAB ini suatu kemajuan hampir semua sekolah sudah ada pendidikan aman bencana,” katanya Rabu (2/11/2022).
Prasinta juga mengingatkan soal potensi bencana hidrometeorologi di musim hujan saat ini. Ia mengimbau masyarakat untuk selalu waspada jika mendapati hujan dengan intensitas tinggi di wilayahnya.
Baca juga : Antisipasi Erupsi Gunung Merapi, UKM Madawirna Ajarkan Kesiapsiagaan Bencana Pada Siswa SD
“Artinya masyarakat harus segera dikasih tahu jika hujan dengan intensitas tinggi jangan dekati posisi lembah, jauhi, jika diperlukan mengungsi ya mengungsi, kebersihan lingkungan di sungai yang mengalami pendangkalan, kalau hujan besar apa yang akan terjadi jadi harus disiapkan. Kita harus siapkan alat mana saja yang segera bisa digunakan,” katanya.
Senada dengan Prasinta, Kepala BPBD DIY Biwara Yuswantana mengatakan pihaknya sudah menyiapkan program jangka panjang dan jangka pendek dalam mitigasi bencana hidrometeorologi. Salah satunya dengan program terencana penguatan kelembagaan masyarakat.
“Melalui edukasi, komunikasi dan informasi dan pembentukan SPAB. Jangka pendek kita sudah rakor dengan berkaitan hidrometeorologi. Kita semua antisipasi, diharapkan kewaspadaan masyarakat,” katanya.
Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) penting digalakkan mengingat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat risiko tinggi terhadap berbagai ancaman bencana. Berdasarkan hasil kajian Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) BPBD DIY tahun 2021, DIY memiliki 16 ancaman bencana, yakni erupsi Gunung Merapi, tanah longsor, banjir, banjir bandang, angin kencang/cuaca ekstrem, gelombang pasang/abrasi, gempa bumi, tsunami, kekeringan, kebakaran hutan lahan, konflik sosial, kegagalan teknologi, epidemi penyakit, pandemi COVID-19, likuifaksi, serta kebakaran gedung dan permukiman.
maupun murid agar menjadi subyek dalam penanggulangan bencana. Bukan lagi objek dalam penanggulangan bencana.Dalam program tersebut, guru/tenaga kependidikan dibekali keterampilan seperti mengenal ancaman bencana, pertolongan pertama pada gawat darurat (PPGD), menyusun rencana kontinjensi, dan mengintegrasikan materi pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum pendidikan/materi pembelajaran. Lalu, semua warga sekolah juga diajak melakukan gladi lapang/simulasi bencana guna memahami cara evakuasi yang baik dan benar manakala terjadi suatu bencana.
Comments