STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Peningkatan aktivitas Gunung Merapi dinilai masih aman oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Meski sepanjang Sabtu (2/3/2019) kemarin, terjadi peningkatan aktivitas guguran material Gunung Merapi yang mencapai 103 guguran.
Berdasarkan data BPPTKG Jogja, jumlah guguran awan panas selama Sabtu (2/3) tercatat 103 guguran, 10 guguran awan panas, 4 kali guguran lava dan 19 kali hembusan. Jarak luncuran lava paling terpanjang sejauh 850 meter sementara awan panas terjauh 2.000 meter mengarah ke Kali Gendol.
Peningkatan aktivitas Gunung Merapi yang terjadi pada akhir pekan tersebut hampir menyamai aktivitas yang terjadi pada 18 Februari lalu. BPPTKG mencatat terjadi 95 guguran, 7 guguran awan panas, 30 kali guguran lava dan 21 kali hembusan. Jarak luncuran lava terpanjang sejauh 900 meter sementara awan panas terjauh satu kilometer mengarah ke Kali Gendol.
Baca Juga : Hujan Abu Gunung Merapi Terjadi di Sleman
Meski aktivitas guguran mengalami lonjakan, namun BPPTKG memastikan kondisi tersebut masih tergolong kecil. Sebab, laju pertumbuhan kubah Merapi sampai 28 Februari ini dinilai masih rendah, yakni rerata pertumbuhan 1.300 meter kubik per hari. Tercatat volume kubah hanya 466.000 meter kubik.
“Aktivitas Merapi masih mengalami fase erupsi kecil, kondisi kubah masih stabil meskipun beberapa kali terjadi guguran lava,” kata Kepala BPPTKG Jogja Hanik Humaida kepada HarianJogja, Minggu (3/3/2019).
Awan panas yang muncul pun menurut dia skalanya masih kecil. Sejak 29 Januari hingga 2 Maret, tercatat 24 kali Gunung Merapi mengeluarkan guguran awan panas dengan jarak maksimal dua kilometer.
Terakhir kali, awan panas meluncur pada Sabtu (2/3) malam pukul 20.45 WIB dengan jarak luncuran 1,35 kilometer ke arah Kali Gendol. Proses erupsi efusif pun hingga kini masih berlangsung ditandai aktivitas vulkanik tinggi mensuplai magma.
Akibat guguran awan panas tersebut, lanjut Hanik, hujan abu tipis terpantau terjadi di lereng Merapi seperti Kalitengah Lor, Kaliurang, Turgo, Ngepring, Nganggring, Tunggul Arum, Srunen dan sejumlah titik lain. Kondisi tersebut diakui Hanik lebih dipengaruhi oleh arah mata angin.
“Awan panas yang muncul masih di bawah jarak aman yang kami rekomendasi. Kalau sudah menyentuh 3km kami tentu akan lakukan evaluasi. Jadi statusnya masih sama [Waspada], dan rekomendasinya juga masih sama. Masyarakat masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa karena tidak ada perubahan aktivitas yang signifikan,” kata Hanik.
Meski begitu, kegiatan pendakian di Merapi untuk sementara tidak direkomendasikan, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana. Masyarakat diminta untuk terus meningkatkan kewaspadaan terkait awan panas dan bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi.
Comments