FeatureNews

Unik, Dusun Kemuning Kampung Berseri Astra Ada di Tengah Hutan

0
Dusun Kemuning
Dusun Kemuning Kampung Berseri Astra (foto : Bayu)

STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Suara burung elang terbang diatas alam yang hijau menemani perjalanan menuju Dusun Kemuning, Desa Bunder, Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Suasana siang hari yang cerah menambah semangat untuk mengetahui seluk beluk Dusun Kemuning salah satu Kampung Berseri Astra, singkatan dari Bersih, Sehat, Cerdas, Produktif.

Setelah melewati pohon-pohon tinggi yang masyarakat sekitar menyebutnya Sengon Buto ini seolah menggambarkan sebuah desa di Eropa. Awalnya perjalanan satu setengah jam dari Kota Jogja ini tersesat. Jalur yang dilalui kebablasan sehingga harus melintas dari sisi yang lain menuju KBA Astra Dusun Kemuning ini.

Hasilnya, pemandangan alam yang sangat indah dengan hamparan alam terbentang luas dari dataran tinggi ini dapat dinikmati. Suara burung, hempasan angin yang mengenai daun-daun pohon menjulang tinggi ini sungguh membuat perjalanan ini tidak sia-sia. Hamparan hijau pohon tanpa bangunan rumah dan gedung ini merupakan nikmat tersendiri.

Jalan menuju Dusun Kemuning

Baca juga : Prestasi SMPN 4 Pandak Buat Herawati Mbrebes Mili

Melalui keramahan warga sekitar, perjalanan tersesat ini pun mulai segera berakhir saat sampai di Dusun Njelok satu desa diatas Dusun Kemuning. Sampai akhirnya terlihat plang bertuliskan Kampung Berseri Astra. Sesampainya di Dusun Kemuning, senyum ramah warga memudahkan keinginan bertanya soal Dusun Kemuning dan diarahkan menuju rumah Suhardi.

Suhardi, Penggerak KBA Dusun Kemuning mengaku Dusun Kemuning ini sudah menjadi Kampung Berseri Astra sejak tahun 2016 lalu. Saat ditanya soal Astra, Suhardi teringat kembali saat Astra belum masuk ke desanya ini.

“Dulu tidak begini, jauh. Dulu masih tertinggal lah,” katanya kepada Starjogja.com Kamis 27 Desember 2018.

Suhardi menjelaskan, Astra masuk ke Dusun Kemuning dengan membawa 4 pilar yang sangat dirasakan warga sekitar. 4 pilar itu adalah pendidikan, kesehatan, lingkungan dan kewirausahaan.

“2016 itu ada bantuan ke PAUD. Alat edukasi PAUD lalu siswa SD dikasih sepatu sampai tas itu sampai SMA. Beasiswa permurid per semester dari SD dan SMA. 35 orang,” katanya.

Suhardi yang juga kepala Dukuh ini mengaku bantuan itu sangat membantu warganya yang mayoritas petani. Tidak berhenti di pendidikan, Astra juga memberikan bantuan di bidang kesehatan.

“Mereka menurunkan pelatihan dokter muda dan UGM para kadernya dari dusun. Pengecekan Posyandu Balita dan Lansia. Ada makanan tambahan juga,” katanya.

Hebatnya, sebelum Astra masuk ke Dusun Kemuning, Posyandunya masih tingkat Pratama atau paling rendah. Namun setelah masuk dan memberi bantuan pelatihan dan alat seperti alat cek kolesterol, gula darah dan peralatan posyandu, tahun ini sampai di tingkat Mandiri.

“Jadi kan ada Pratama, Madya, Utama dan Mandiri. Alhamdulilah ada pembinaan pelatihan Kemuning sudah bisa Mandiri,” katanya.

Suhardi mengaku warganya juga mulai terbiasa dengan program peduli lingkungan yang digalakkan Astra. Seperti memberikan pelatihan pembuatan umpan pakan ternak ikan dan mengoptimalkan halaman rumah untuk sayuran dan hidroponik.

“Susah awalnya mengajak warga untuk program lingkungan. Termasuk mengelola bank sampah,” katanya.

Bank sampah Dusun Kemuning ini awalnya dibina langsung dari Puskesmas, namun tidak jalan dengan baik. Namun setelah Astra mengambil penuh bank sampah Dusun Kemuning saat ini bisa menghasilkan rupiah untuk Program Makanan Tambahan bayi dan lansia.

“Disuruh mengumpulkan sampah plastik dan kertas akan ada kader sendiri untuk dipilah dan harga sampahnya lebih bagus setelah dipilah. Hasilnya untuk PMT baik posyandu balita maupun lansia,” katanya.

Bidang Kewirausahaan dengna penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan wisata. UMKM Dusun Kemuning warga membuat makanan dengan bahan baku singkong yaitu Lempeng Telo dan Gaplek Geprek. Tidak hanya minuman wedang secang dan jenang pisang termasuk makanan dan minuman yang diangkat warga Kemuning.

“Sebelum jadi KBA itu hanya bikin tapi setelah ada Astra kita semakin mantap dan setiap pameran selalu kita diundang. Ada kripik tales dari singkong itu dibuat balung kethek agar beda dari yang lain,” katanya.

Matahari Pagi yang Membelah Kabut Kemuning

Hawa dingin menyelimuti setiap rumah di Dusun Kemuning dini hari itu. Kabut yang menyelimuti desa di tengah hutan itu pun mulai terbelah saat sinar mentari menembus dinding-dinding rumah sebanyak 113 KK dengan 357 jiwa. Sinar matahari itu juga menghangatkan danau Kemuning tidak jauh dari desa.

“Telaga Kemuning ini menjadi background wisata kita. Wisata ini nantinya yang akan mengankat ekonomi warga,” katanya.

Layaknya matahari yang selalu memberi kehidupan, Astra juga memberikan pendampingan di bidang wisata. Beberapa fasilitas di Telaga Kemuning merupakan bantuan dari Astra.

“Ada pendopo Astra disana luas. Kalo ada tamu kita juga kasih filosofi juga, kita sambut pakein kain, tolak bala kita ciprat dengan air kemuning, dan ada tarian,” katanya.

Ia mengatakan budaya di Kemuning masih bagus sehingga wisatawan dapat menikmati sajian itu. Seni gamelan, wayang kulit, kirab budaya, kuda lumping dan kenduri masih terjaga di Dusun Kemuning.

“Telaga ini masih kita kita kelola sebagai pemancing saja. Penginya akan ada penataan bumi perkemahan, luas telaga 2 ha lebih,” katanya.

Suhardi mengaku warganya siap menerima kedatangan tamu yang ingin berwisata di tempatnya. Termasuk jika ingin merasakan langsung kehidupan warga dan keindahan alamnya.

“Nginep diserahkan ke warga ada di rumah anggota. Kita siapkan tempat Alhamdulillah ya ditempati. Awalnya homestay sudah siap ada 4 rumah kalo banyak ya bisa ditempat lainnya,” katanya.

Batu-batuan yang tersusun sedemikian rupa seolah menjadi penanda kehidupan alami di desa tengah hutan ini. Selain pohon tinggi, desa ini juga dipenuhi batu-batuan yang membentuk tebing, goa dan padang batuan. Pemandangan alam ini jelas menarik wisatawan yang ingin lari dari kehidupan bising kota.

“Kita uniknya desa tertinggal di tengah hutan dan Astra tertarik untuk memajukan dan membina,” katanya.

Suhardi mengajak wisatawan untuk membuktikan sendiri keindahan alamnya. Sebab, suasana pagi hingga sore hari pernah didokumentasikan dengan hasil yang luar biasa.

“Liat pemandagan liat terbit matahari pernah disyuting pagi sampai malem itu bagus. Kita da satu pelataran di utara kampung untuk mainan drone enak. Itu masuk paket wisata juga,” katanya.

Namun Suhardi menjelaskan paket wisata yang ditawarkan Dusun Kemuning adalah memberikan acara sambutan kepada wisatawan. Setelah itu wisatawan akan diajak ke hasil UMKM, rumah PAUD belajar sembari menari, pemilahan sampah dan terakhir makan Kembul Bujono.

“Kembul Bujono itu nasi tumpeng dari ingkung. Sebelum makan kita doa bareng-bareng. Isinya nasi tumpeng dua, dikepung gudangan atau urap, kacang panjang, daun kates dan ingkung,” katanya.

 

Bank Sampah yang dikelola warga

Mistisnya Prajurit Kraton Penjaga Dusun Kemuning

Saat tersesat dan melewati jalan panjang cor beton menuju Dusun Kemuning sempat terpikir bagaimana jika ada hewan liar seperti macan melintas. Sebab, suasana hutan dan sepinya sepanjang jalan sempat berpikir untuk berbalik arah dan tidak melanjutkan perjalanan. Tidak tahu kenapa saat itu terpikir harimau dan bukan akan dikejar anjing, serigala atau hewan lainnya. Mungkin ada hubungannya dengan Mbah Sarijan dan berganti nama Rekso Wijoyo.

“Beliau (pendiri desa) melindungi keluarganya, kalo siang jadi petani kalo malam jadi jelmaan harimau,” kisah Suhardi dari cerita leluhurnya.

Suhardi menceritakan Dusun Kemuning ini berdiri sekitar tahun 1775-an setelah perpecahan Mataram. Mbah Sarijan yang saat itu adalah prajurit kraton pengin mengakhiri pengabdiannya dan mengasingkan diri.

“Sempat ada pengejaran penjajah juga dan bertarung dengan pasukan kuda Belanda. Banyak mati kuda di tepak jaran. Jadi di bebatuan ada banyak bekas telapak kuda, dari situ mbah Sarijan bisa selamat,” katanya.

Karena dikejar oleh Belanda maka ia mencoba bersembunyi di goa dekat Dusun Kemuning. Kemudian ia punmengajak keluarganya untuk mengikutinya dan hidup di dusun Kemuning hingga akhir hayatnya.

“Karena simbah cocok buat pemukiman mereka di tahun itu. Karena dia sendiri waktu itu ia bebas mematok karena hutan juga. Sekitar kampung ini 90,2 Ha. itu batas-batasnya dan patoknya dari simbah itu,” katanya.

Setelah memasuki kehidupan yang tua maka ia berdoa bersemedi dan dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa dengan muncul pohon besar dekat makam. Makam itu memang ada sebelum Mbah Sarijan ke Kemuning. Makam itu ternyata adalah kuburan prajurit Majapahit bernama Surowani atau Kyai Kendil.

“Karena titisan prajurit juga maka generasi saya ke bawah kalo melamar tentara ziarah kesitu lalu keterima,” katanya.

Penggerak KBA Dusun Kemuning Suhardi

Mbah Sarijan bingung menamai pohon besar yang tumbuh usai bersemedi itu. Karena bingung maka Mbah sarijan kemudian melakukan ritual dan diberinama Kemuning.

“Muncul nama pohon Kemuning. Kemuning menurutnya Kemuning itu kesucian dalam berpikir lalu kampung ini dinamakan kampung Kemuning,” katanya.

Sementara itu telaga Kemuning yang ada di desanya itu juga dari ritual Mbah Sarijan. Telaga saat ini ada itu merupakan luapan dari telaga yang asli yang ada di sebalah atas telaga.

“Dulu kan pertanian ada butuh air kalo butuh kan ke kali Oyo kalo ada penjajahan kan takut terlihat lalu berdoa untuk tercukupi masalah air lalu muncul mata air cukup,” katanya.

Berganti tahun, mata air itu mengeluarkan debit air yang semakin besar dan meluap. Karena takut mengani desanya maka Mbah Sarijan membuat pembuangan dengan menancapkan tongkat disertai benang, jarum dan terjadi pembuangan.

“Takut tenggelam lalu sumbernya ditutup pakai kepala kerbau dan dandang nasi dan tertutuplah sumber itu dan tersisa di telaga itu,” katanya.

Suhardi berharap keindahan alam Kemuning ini dapat menjadi sinar kehidupan warganya. Sinar itu datang dari Astra melalui Kampung Berseri Astra yang masuk melalui celah-celah ruang Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan dan Kewirausahaan.

Untukmu Sahabat Tribute To Seventeen Digelar di Titik Nol

Previous article

Desa Ringinharjo Bantul Peringati Hari Jadi ke-72

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Feature