STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Gadis Amangkurat siapa tahu soal mereka. Diakui atau tidak, ternyata kecantikan bagi wanita laksana 2 sisi mata pisau tajam. Di satu sisi bisa menguntungkan, namun sisi lainnya mampu melukai.
Bahkan sejak jaman Kerajaan Mataram saat Amangkurat bertahta, gadis-gadis cantik selalu bernasib malang. Ya, kecantikan lebih merupakan malapetaka daripada anugerah bagi gadis-gadis yang berada dalam jangkauan kerajaan.
Dijadikan persembahan, diambil paksa sebagai calon permaisuri, selir atau pun sekadar gadis pelipur-lara, jamak pada era tersebut.
Baca Juga : #WhatToReadThisWeekend : Perfume, The Story Of A Murderer
Dalam novel Gadis-Gadis Amangkurat karya Rh.Widada ini, diceritakaan tentang kegundahan hati Susuhunan Amangkurat setelah ditinggal mangkat oleh Permaisuri Rara Truntum yang sangat dicintainya. Tak hendak hidup seorang diri tanpa pendamping, beliau menitahkan para punggawa kerjaan untuk mencarikan gadis yang serupa dengan Rara Truntum, yang berdasarkan bisikan gaib berasal dari suatu tempat yang memiliki mata air segar.
Sejak titah diturunkan, gegerlah penjuru Mataram.
Pencarian para punggawa ke pelosok Mataram berujung ke desa Kundhen, dimana mereka menemukan sosok Sunthi yang begitu mirip dengan mendiang Rara Truntum.
Intrik politik, kekuasaan dan ancaman dilancarkan. Bahkan kekerasan pun dilakukan demi memboyong Sunthi yang sejatinya sudah memiliki tambatan hati.
Apakah cinta akan bertahta? Ataukah nafsu dan kekuasaan yang meraja?
Akankah ditemukan sosok pengganti Permaisuri Susuhunan?
Sebuah novel cerdas berbalut sejarah yang dengan sempurna menyajikan kenyataan, betapa cinta dan nafsu bagitu tipis perbedaannya. Kekuasaan dan pengkhianatan pun hadir diantaranya.
Judul buku : Gadis-Gadis Amangkurat, Cinta Yang Menikam
Penulis : Rh. Widada
Penerbit : Narasi
ISBN : 9789791682633
Comments