Esai

Cakruk dan Keputusan Pemerintah Impor Beras

0
beras impor
cakruk dan pemerintah impor beras (JIBI)

STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Beberapa waktu lalu masyarakat sempat dihebohkan dengan kegiatan pemerintah yang melakukan impor beras. Mulai dari yang pro dan kontra, semua berkomentar. Termasuk warga desa yang sering menyampaikan uneg-unegnya di cakruk (sebutan bagi pos ronda). Tema obrolan malam itu pas karena kebanyakan warga desa kami kebanyakan para petani.

“Lha di desa kita ini hampir panen padi lah kok malah pemerintah impor beras,” kata salah seorang warga dalam sebuah obrolan di cakruk.

“Itu kan dilakukan agar stok beras tidak sampai habis, sehingga harga beras tetap stabi,” jawab temannya.

Baca Juga : Bonus Asian Games 2018 Perlukah atau Berlebihan ?

Obrolan malam itu semakin seru setelah ada seorang warga yang baru datang langsung menimpali dengan kalimat, “Podo wekku yo meh panen, biasane njut regane malah mudun nek ngene iki,” katanya dengan nada medok jawa yang sangat khas.

Kutipan obrolan diatas merupakan kondisi real yang saya jumpai di Cankruk. Obrolan itu menanggapi sikap pemerintah yang telah melakukan impor beras dari negeri tetangga. Ini menunjukkan masyarakat kritis dan memahami setiap kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah.

Kebijakan pemerintah memang sudah dipertimbangkan sebelumnya agar tidak merugikan masyarakat. Terlepas dari itu, melihat pengalaman saya di masyarakat, ternyata jumlah generasi muda yang bersedia menjadi seorang petani juga semakin sedikit.

Kenapa Lampu Traffic Light Malioboro Selalu Berwarna Kuning

Berada di negeri yang konon katanya adalah negara agraris ini ternyata untuk mendapatkan beras harus disokong dengan melakukan impor dari negeri tetangga.

Beberapa waktu lalu sekitar bulan Juli saya pernah ngobrol dengan salah satu petani yang ada di Kota Jogja. Ternyata di wilayah Kota Jogja masih ada lahan pertanian yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk budidaya padi.

Usia dari petani yang ada di daerah Rejowinangun Kota Jogja ternyata mereka sudah cukup berusia. Rata-rata diatas 50 tahun.

Melihat kenyataan tersebut, lantas saya berfikir pantas saja kalau pemerintah melakukan impor bahan pangan dari negara tetangga. Pasalnya jumlah orang yang mau bertani juga sedikit, sehingga hasil pertanian juga akan kurang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Akan sangat banyak alasan akan keluar dari mereka, diantaranya adalah hasil dari bertani yang tidak sesuai harapan. Tenaga yang dikeluarkan tidak simbang dengan hasilnya. Itu adalah salah satu jawaban yang pernah saya dengar dari seorang anak muda.

Banyak memang tugas yang harus diselesaikan oleh semua komponen bangsa ini. Kesadaran masyarakat untuk bertani dan melakukan produksi tanam serta dukungan pemerintah selaku pembuat kebijakan harus seiring sejalan. Agar Indonesia yang mempunyai lahan luas untuk pertanian bisa mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat.

Wah jadi kemana-mana to ini, padahal inti dari tulisan saya adalah ternyata kebersamaan di cakruk itu menyenangkan. Cakruk selain sebagai tempat untuk berkumpul saat melakukan tugas siskamling ternyata juga sebagai tempat yang asik untuk diskusi dengan warga.

Bayu

Asian Para Games dan Spesial Suara Putri

Previous article

4 Wilayah Ini Akan Terkena Pemadaman Listrik Pada Selasa Ini

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Esai